KOMPAS.com - Laos tengah berupaya keras untuk meningkatkan pemantauan kredit karbon melalui pemanfaatan teknologi satelit.
Hal itu diimplementasikan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara Pemerintah Laos dengan Carbon Credit Laos (CCL) dan Carbon Registry Thailand (CRT) untuk pemanfaatan teknologi satelit dan kecerdasan buatan canggih untuk menghitung kredit karbon.
Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengukuran kandungan karbon di hutan di seluruh Laos dan kawasan ASEAN yang lebih luas.
Baca juga:
Dengan menerapkan pemantauan berkelanjutan, negara tersebut dapat memastikan pelestarian nilai kredit karbon.
Pengukuran kandungan karbon yang akurat juga akan membantu menarik lebih banyak investor yang tertarik untuk mendukung inisiatif yang mengurangi emisi karbon dan melestarikan hutan.
Wakil Menteri Pertanian dan Kehutanan Laos Thongphath Vongmany sebagaimana dikutip Carbon Herald, Kamis (8/8/2024) menyatakan senang dengan kolaborasi tersebut.
"Kami bangga atas peran utama negara dalam memanfaatkan teknologi penginderaan jarak jauh untuk program kredit karbon di kawasan tersebut," kata dia.
Ia juga menyatakan bahwa Laos memberikan contoh yang kuat dengan menggabungkan aplikasi satelit untuk menghitung kredit karbon, menekankan pentingnya teknologi ini dalam mencegah penipuan, mengurangi biaya, dan mempercepat prosedur.
Sementara itu Chairman CCL Phouseuth Keophouvong menjelaskan bahwa perusahaan mereka berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi tercanggih untuk menghitung kredit karbon.
Baca juga:
Direktur CRT Chalat Sundara, menekankan bahwa kerja sama ini akan meningkatkan transparansi dalam hal kredit karbon.
"Kita sedang memasuki masa peningkatan transparansi dalam hal kredit karbon, dan nilai sebenarnya dari kredit karbon akan terlihat jelas bagi semua orang," kata dia.
Kemitraan ini dinilai menandai kemajuan signifikan dalam inisiatif Pengurangan Emisi dari Deforestasi di Negara Berkembang (REDD). Sekaligus, menjadi contoh pertama Asia Tenggara yang menggabungkan teknologi canggih tersebut untuk mendeteksi dan mencegah data kredit karbon palsu.
Dengan hampir 16 juta hektar hutan, Laos memiliki potensi besar untuk inisiatif serupa di masa mendatang. Pejabat pemerintah telah mengindikasikan bahwa proyek seluas 170.559 hektar ini hanyalah awal dari upaya untuk meningkatkan pemantauan kredit karbon di wilayah tersebut.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya