KOMPAS.com - Tanah memiliki kemampuan alami untuk memulihkan dan memperbaiki diri. Namun, berbagai aktivitas manusia membuat kemampuan tersebut menjadi berkurang.
Asisten Sekretaris Jenderal United Nations Development Program (UNDP) Abdallah Al Dardari mengatakan, setiap peningkatan produk domestik domestik bruto (PBD) 1 persen, implikasinya ada lebih dari 1 persen lahan yang terdegradasi.
"Kita harus mengubah cara kita," kata Al Dadari dalam salah satu sesi Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) Convention to Combat Desertification (UNCCD) di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (7/12/2024).
Baca juga: Mengengok Upaya Pemimpin Daerah Melawan Degradasi Lahan dan Penggurunan
Al Dadari menyampaikan, setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan untuk mencegah degradasi lahan dan merestorasinya.
Pertama, perubahan radikal dalam setiap aktivitas manusia menjadi lebih berkelanjutan. Kedua, melakukan aksi restorasi secara lebih cepat dan efektif.
Menurut UNCCD, investasi yang dibutuhkan untuk mengatasi degradasi lahan pada 2025-2030 mencapai 355 miliar dollar AS.
Di sisi lain, diproyeksikan investasi yang bisa terealisasi hanya sekitar 77 miliar dollar AS.
Baca juga: Restorasi Lahan Perlu Libatkan Masyarakat Adat Lebih Banyak
Masih ada kekurangan 278 miliar dollar AS yang diperlukan untuk investasi dalam melawan degradasi lahan.
Di satu sisi, investasi untuk lahan dalam upaya melawan degradasi lahan, kekeringan, dan penggurunan dapat memberikan dampak ekonomi yang berkali lipat.
Merestorasi lebih dari 1 miliar hektare lahan melalui berbagai rencana diproyeksikan bisa memberikan imbal ekonomi sebesar 1,8 triliun dollar AS tiap tahunnya.
Menurut laporan UNDCC tahun 2022, ada 100 juta lahan di seluruh dunia yang terdegradasi setiap tahunnya. Kondisi tersebut bedampak terhadap 1,3 miliar jiwa.
Baca juga: COP16 Riyadh: Perusahaan Didesak Perkuat Investasi Kesehatan Lahan
Degradasi lahan, kekeringan, dan penggurunan membuat beberapa negara atau wilayah merugi 878 miliar dollar AS.
Al Dardari menuturkan, upaya melawan degradasi lahan memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Namun, setiap dana yang dikeluarkan untuk berbagai program restorasi memiliki manfaat ayang jauh lebih besar dibandingkan meninggalkannya begitu saja.
"Tak peduli berapa banyak investasi yang digelontorkan untuk restorasi dan memperbaiki tanah, itu lebih berguna daripada meninggalkannya dan membiarkan degradasi terjadi," tutur Al Dardari.
Baca juga: Pertanian Tak Berkelanjutan Sebabkan Degradasi Lahan, Arab Saudi Luncurkan Agenda Aksi Riyadh
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya