KOMPAS.com - Tanaman bakau atau mangrove terbukti mampu memberikan perlindungan terhadap banjir dan menghemat penanganan banjir global sebesar 855 miliar dollar AS.
Temuan tersebut berdasarkan studi baru dari Center for Coastal Climate Resilience di UC Santa Cruz, California berjudul "Building Coastal Resilience with Mangroves: The Contribution of Natural Flood Defenses to the Changing Wealth of Nations".
Laporan tersebut menyoroti peran penting mangrove dalam melindungi masyarakat pesisir dari banjir, gelombang badai, dan erosi, yang menawarkan manfaat signifikan bagi masyarakat dan ekonomi nasional.
Baca juga:
Dikutip dari Phys, Senin (9/12/2024) perubahan iklim telah mempercepat frekuensi dan tingkat keparahan badai sehingga kebutuhan akan pertahanan pesisir yang efektif menjadi semakin mendesak.
Secara tradisional, pemerintah telah beralih ke infrastruktur keras seperti tanggul dan tanggul untuk melindungi dari banjir.
Namun, penelitian baru ini mengungkap bahwa ekosistem alami, terutama hutan bakau bisa sama efektifnya sebagai pertahanan di pesisir sekaligus memberikan manfaat lingkungan tambahan.
Penelitian ini pun memperluas studi sebelumnya karena menggabungkan data global terbaru dari tahun 2020 yang menawarkan gambaran yang lebih jelas tentang nilai perlindungan hutan bakau dari waktu ke waktu.
Dalam studinya, peneliti menggunakan model risiko banjir tingkat lanjur dan menganalisis hutan bakau di 121 negara yang mencakup 700.000 kilometer garis pantai subtropis.
Penelitian kemudian menemukan kemampuan hutan bakau untuk mengurangi risiko banjir meningkat tajam.
Dari tahun 1996 hingga 2010, kemampuan mangrove untuk mengurangi risiko banjir meningkat sebesar 130 miliar dollar AS.
Sementara dari tahun 2010 hingga 2020, manfaat jangka panjang mangrove meningkat sebesar 502 miliar dollar AS.
Meski terjadi beberapa tutupan mangrove yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti budidaya udang dan pembangunan pesisir, nilai mangrove sebagai penyangga banjir tetap meningkat karena makin banyak orang dan infrastruktur yang bergantung pada perlindungan mangrove.
"Hasilnya jelas. Mangrove memainkan peran penting dalam mengurangi risiko banjir dan harus dipandang sebagai aset alam yang berharga," kata Pelayo Menendez, salah satu peneliti studi.
"Mangrove menawarkan perlindungan yang hemat biaya bagi masyarakat pesisir dan mendukung kekayaan nasional dengan melestarikan kehidupan, mata pencaharian, dan infrastruktur," ungkapnya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun hilangnya hutan bakau terus berlanjut dari tahun 2010 hingga 2020, laju penurunannya melambat secara signifikan hingga hanya 0,66 persen.
Baca juga:
Dalam periode yang sama, manfaat perlindungan yang diberikan oleh hutan bakau tumbuh lebih cepat daripada risiko banjir secara keseluruhan.
Hal ini menandai titik balik, dengan hutan bakau melindungi 61 persen lebih banyak orang dan menjaga 109 persen lebih banyak aset modal dari banjir pada tahun 2020 dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya.
Lebih lanjut, peneliti menyebut negara-negara yang paling banyak memperoleh manfaat dari perlindungan mangrove setiap tahunnya antara lain China, Vietnam, Australia, Amerika Serikat, dan India.
Di sisi lain, negara-negara seperti Malaysia, Myanmar, dan Taiwan mengalami penurunan manfaat hutan bakau, yang menyoroti perlunya peningkatan upaya konservasi di wilayah-wilayah ini.
Studi ini pun memberikan alasan kuat untuk berinvestasi dalam konservasi dan pemulihan mangrove.
"Melindungi dan memulihkan mangrove tidak hanya baik untuk lingkungan tetapi juga merupakan pilihan ekonomi yang cerdas," kata Michael W. Beck, peneliti studi ini.
"Ekosistem ini menyediakan layanan tak ternilai yang membantu membangun ketahanan terhadap ancaman perubahan iklim yang terus meningkat," tambahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya