JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN (Persero) bakal menambah 100 Gigawatt (GW) energi listrik yang sebagian besarnya bersumber dari energi terbarukan.
Hal ini dilakukan, menyusul komitmen Indonesia untuk memanfaatkan energi terbarukan sebesar 75 persen hingga 2040 pada Conference of the Parties (COP)29.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, kini pihaknya tengah merancang rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL).
"Kami akan mengurangi emisi gas rumah kaca melalui penambahan pembangkit berbasis energi terbarukan yang berasal dari tenaga air sebesar 25 GW, surya 27 GW, angin sebesar 15 GW, panas bumi 6 GW, dan bioenergy 1 GW,” kata Darmawan dalam keterangan tertulis, Senin (9/12/2024).
Baca juga: China Bikin Pembangkit Listrik Tenaga Surya Lepas Pantai Terbesar di Dunia
Dia menyebut, PLN juga akan membangun green enabling transmission line sepanjang 70.000 kilometer sirkuit yang mengalirkan sumber energi terbarukan dari wilayah pelosok.
Lainnya adalah merancang pengembangan smart grid untuk mengatasi intermitensi pada pembangkit energi terbarukan. Sehingga, energi bersih yang dihasilkan dari pembangkit tersebut bisa masuk ke sistem PLN dengan stabil.
"Tanpa smart grid, kami hanya bisa menambah 5 GW. Tetapi dengan smart grid, kami bisa menambah pembangkit angin dan surya hingga 42 GW, sehingga kami bisa menyeimbangkan antara suplai listrik dan permintaan,” jelas Darmawan.
Di samping itu, PLN telah menyusun peta jalan sekaligus memperluas kolaborasi dengan mitra lokal dan global untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen.
"Kolaborasi antara investor domestik, regional, maupun internasional, menjadi kunci untuk mencapai target besar ini," tutur dia.
Baca juga: Energi Terbarukan Bakal Pasok Separuh Pembangkit Listrik Dunia
Sebelumnya, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk COP29 Hashim Djojohadikusumo menyampaikan komitmen pemerintah mengurangi emisi karbon lewat transisi energi. Pemerintah berupaya menyelaraskan sumber daya serta semua kebijakan ke dalam strategi transisi energi yang efektif dan efisien.
”Transisi energi bukan hanya tentang mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga tentang menyeimbangkan pertumbuhan dengan keberlanjutan lingkungan," jelas Hashim.
"Indonesia akan mencapai energi bersih, hijau, dan terjangkau, sambil mempercepat pertumbuhan ekonomi 8 persen," tambah dia.
Menurut Hashim, Indonesia siap meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 75 GW yang berasal dari pembangkit listrik hidro, geotermal, bioenergi, surya, dan angin sampai 2040.
Baca juga: Pembangkit Listrik Terdesentralisasi Lebih Cocok di Indonesia, Manfaatkan Potensi Lokal
Berkaitan dengan target tersebut, pemerintah membutuhkan investasi senilai 235 miliar dollar AS. Ini termasuk biaya membangun jalur transmisi hijau yang membentang dari barat hingga timur Indonesia.
”Satu-satunya cara untuk maju adalah melalui kolaborasi antarnegara. Saya yakin kita bisa melakukan ini, bukan hanya karena perjanjian lingkungan internasional seperti Protokol Kyoto dan Perjanjian Paris, tetapi karena kita benar-benar peduli," ungkap Hashim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya