Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Generasi Muda Berisiko Tinggi Alami Kematian akibat Panas pada Abad Ini

Kompas.com - 10/12/2024, 19:17 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Penelitian baru memperkirakan adanya peningkatan 32 persen kematian orang di bawah usia 35 tahun jika gas rumah kaca tidak dikurangi secara radikal.

Panas ekstrem yang dipicu oleh krisis iklim selama ini sering kali dipandang sebagai masalah utama bagi seperti orang lanjut usia.

Namun, ternyata studi mengungkap jumlah generasi muda berusia di bawah 35 tahun yang menanggung beban kematian akibat panas meningkat.

“Sebagian besar pembahasan tentang kerentanan terhadap panas difokuskan pada orang tua, tetapi kami menemukan sumber ketidaksetaraan yang mengejutkan karena sebagian besar kematian akibat panas terjadi pula pada orang muda,” kata Andrew Wilson, seorang peneliti Universitas Columbia, New York.

Studi ini didasarkan pada data yang diambil dari kematian di Meksiko, negara dengan catatan kematian yang luas dan suhu “bola basah” tinggi, yang merupakan pengukuran yang memperhitungkan kelembaban untuk memastikan tingkat stres panas pada orang.

Baca juga: Panas Ekstrem Pengaruhi Pola Mobilitas Masyarakat

Dikutip dari Guardian, Selasa (10/12/2024) peneliti menemukan bahwa dalam dua dekade hingga 2019, sebanyak 75 persen kematian akibat panas terjadi pada orang yang berusia di bawah 35 tahun.

Sebaliknya, hampir semua kematian akibat dingin terjadi pada orang yang berusia di atas 50 tahun. Jumlah tersebut bisa terus bertambah karena panas ekstrem terus meningkat.

Pola itu juga kemungkinan terjadi di negara lain seperti AS dan Eropa karena kesamaan mendasar dalam cara kelompok usia bereaksi terhadap suhu.

“Kami melihat bahwa kematian akibat dingin akan menurun, terutama pada orang yang lebih tua, sementara kematian akibat panas pada orang yang lebih muda akan meningkat,” terang Wilson.

Perubahan iklim sudah terjadi dan bagaimana kita beradaptasi dengannya akan menjadi penentu yang sangat penting bagi kesehatan manusia di masa mendatang. Kita tidak boleh mengalihkan sumber daya dari orang yang lebih tua, tetapi kita tentu perlu lebih memikirkan risiko yang dihadapi oleh orang yang lebih muda,” katanya.

Tidak ada jawaban tunggal mengapa ada peningkatan risiko pada orang yang lebih muda, tetapi para peneliti mengatakan kemungkinan ada sejumlah faktor.

Baca juga: Hutan Kota Bantu Kurangi Risiko Kesehatan akibat Panas Ekstrem

Misalnya saja seperti perbedaan fisiologis serta risiko pekerjaan, seperti populasi usia kerja yang bekerja keras di luar ruangan sambil terlibat dalam pekerjaan pertanian dan konstruksi.

Perlu lebih banyak penelitian untuk sepenuhnya memahami pola tersebut dana apakah pola bisa meluas ke negara lain.

Kendati demikian studi memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana berbagai segmen populasi dapat terpengaruh oleh peningkatan suhu dan menyebabkan lebih banyak kematian akibat panas pada orang yang lebih muda.

“Hal ini menyoroti pentingnya memikirkan langkah-langkah yang tepat sasaran, seperti waktu istirahat kerja bagi orang yang bekerja di lingkungan panas, atau penjadwalan ulang acara olahraga untuk menghindari panas yang ekstrem,” kata Sameed Khatana, seorang dokter dan peneliti di Penn Medicine.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau