KOMPAS.com - Laporan dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menunjukkan bahwa masih ada harapan untuk mengurangi limbah plastik sekaligus menciptakan ekonomi sirkular.
Laporan berjudul Turning off the Tap: How the world can end plastic pollution and create a circular economy, mengatakan bahwa menciptakan lingkungan yang memungkinkan dan memastikan pasar menggunakan ulang plastik dapat mengurangi polusi plastik sebesar 30 persen pada 2040.
Dikutip dari Sustainability Magazine, Kamis (12/12/2024) hal itu dapat terjadi melalui penggantian beberapa produk kemasan makanan dan minuman atau kantong belanja plastik.
Baca juga:
Hingga tahun 2024, sebanyak 91 negara dan wilayah telah menerapkan larangan penuh atau sebagian terhadap kantong belanja plastik, termasuk di antaranya adalah China, Italia serta Kanada.
"Hanya perubahan sistemik yang terintegrasi dari ekonomi linier ke ekonomi sirkular yang dapat mencegah plastik masuk ke ekosistem dan tubuh kita," ungkap Inger Andersen, Direktur Eksekutif UNEP.
Ia juga menyebut tanpa transformasi pasar, sejumlah besar plastik tidak dapat menjadi bagian ekonomi sirkular dan hanya akan berakhir dibuang.
“Momentumnya kuat. Sebagian besar negara mendukung aturan global yang ambisius untuk mengatasi polusi plastik. Kemauan politik untuk mengambil tindakan ada,” papar Anke Boykin, Direktur Senior Kebijakan Lingkungan Global di PepsiCo.
Selain itu mempercepat pasar daur ulang plastik juga dapat mengurangi jumlah polusi hingga 20 persen pada 2040.
Namun memastikan daur ulang menjadi usaha yang lebih stabil dan menguntungkan memerlukan ketersediaan bahan baku yang memadai.
Pasalnya, bahan daur ulang harus mampu bersaing secara setara dengan bahan baku baru.
Baca juga:
Laporan ini pun menyebut investasi dalam peningkatan kapasitas daur ulang yang dipadukan dengan insentif untuk menggunakan plastik daur ulang dapat memicu perubahan yang dibutuhkan.
Solusi juga dapat mencakup menciptakan cara baru untuk membiayai pengumpulan dan pembuangan plastik lama dan mencegah mikroplastik memasuki ekonomi dan lingkungan.
"Jelas bahwa dunia masih menginginkan dan menuntut diakhirinya polusi plastik. Sehingga perjanjian untuk melindungi lingkungan, kesehatan, dan masa depan kita sangatlah penting. Pekerjaan kita akan terus berlanjut," tambah Inger.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya