KOMPAS.com - Setelah menjadi penyimpan karbon dioksida selama ribuan tahun lamanya, pada tundra Arktik kini berubah menjadi penghasil emisi.
Padang tundra adalah bioma yang terdiri dari dataran luas tanpa pepohonan karena suhu lingkungan yang sangat rendah.
Temuan tersebut mengemuka berdasarkan studi terbaru dari badan kelautan dan atmosfer Amerika Serikat (AS) atau National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Baca juga: Es di Samudra Arktik Diprediksi Akan Mencair Lebih Cepat
Dalam studi berjudul 2024 Arctic Report Card tersebut mengungkapkan, suhu udara permukaan tahunan di Arktik tahun ini adalah yang terhangat kedua yang pernah tercatat sejak tahun 1900.
Penulisan laporan tersebut dipimpin oleh para ilmuwan dari Woodwell Climate Research Center di Falmouth, Massachusetts.
Perubahan tersebut terjadi tak lepas dari pengaruh perubahan iklim. Dalam studinya, para ilmuwan mendapatkan fakta bahwa Arktik memanas lebih cepat daripada rata-rata global selama 11 tahun berturut-turut.
Saat ini, Arktik memanas hingga empat kali lipat daripada laju pemanasan global, menurut para penulis.
Baca juga: Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027
Kondisi ini menyebabkan lapisan es mencair di padang tundra Arktik mencair lebih banyak.
Ketika lapisan es mencair, karbon yang terperangkap di tanah beku diurai oleh mikroba dan lepas ke atmosfer sebagai karbon dioksida dan metana, dua gas rumah kaca yang kuat.
Sue Natali, seorang ilmuwan di Woodwell Center yang berkontribusi pada penelitian tersebut menuturkan, studi tersebut menjadi gerbang penting untuk pengukuran emisi dalam skala besar.
"Kita memerlukan pengetahuan yang akurat, holistik, dan komprehensif tentang bagaimana perubahan iklim akan memengaruhi jumlah karbon yang diserap dan disimpan oleh Arktik. San seberapa banyak yang dilepaskan kembali ke atmosfer," kata Natali, sebagaimana dilansir The Guardian, Selasa (10/12/2024).
Baca juga: Kabar Baik, Peneliti di Arktik Temukan Cara Tebalkan Es Laut
Administrator NOAA Rick Spinrad mengatakan, tundra Arktik kini mengeluarkan lebih banyak karbon daripada yang dapat disimpannya.
"Ini adalah satu lagi tanda, yang diprediksi oleh para ilmuwan, tentang konsekuensi dari pengurangan polusi bahan bakar fosil yang tidak memadai," kata
Di sisi lain, perubahan iklim yang disebabkan manusia juga membuat kebakaran hutan di daerah lintang tinggi menjadi lebih besar.
Kebakaran hutan membakar tumbuhan dan bahan organik tanah lalu melepaskan karbon ke atmosfer.
Baca juga: Permafrost Arktik yang Mencair Bisa Lepaskan Bom Merkuri
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya