Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Kelangkaan Populasi, Pemkab Sukabumi Pilih Beli Sidat dari Pemancing

Kompas.com - 27/02/2025, 20:25 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi gencar membeli ikan sidat dari pemancing, untuk mencegah kepunahan populasinya.

Perwakilan Sekretaris Daerah Sukabumi, Sri Padmoko, mengatakan pihaknya sengaja menyiapkan anggaran untuk pelestarian ikan sidat.

“Setiap tahun kami harus menganggarkan dan melestarikan Ikan-ikan yang langka, terutama tadi dari para kelompok, para stakeholder dari private sector untuk membeli hasil tangkapan ataupun yang terjebak,” ungkap Padmoko dalam acara Lesson Learned Form the IFish Project, di Jakarta Pusat, Kamis (27/2/2025).

Baca juga: IFish, Proyek KKP-FAO Budidaya dan Lepasliarkan Ikan Sidat

Padmoko menyampaikan, berdasarkan aturan ikan sidat yang dilarang ditangkap minimal seberat 5 kilogram.

Namun, Pemkab Sukabumi tetap membeli ikan yang ditangkap atau terperangkap jala meskipun beratnya kurang dari itu.

“Pokoknya kalau menangkap (seberat) 1 kg saja, lapor sama dinas. Kami bayar, kami kembalikan ke muara supaya bisa berkembang lagi,” ucap dia.

Ikan sidat, kata Padmoko, banyak diminati pengguna media sosial.

“Kalau tertangkap sidat ukuran 1 kg, yang mau beli rebutan. Akhirnya dinas menginisiasi harus dianggarkan, kami harus cepat duluan yang beli,” tutur Padmoko.

Menurut dia, inisiatif tersebut merujuk pada IFish, proyek konservasi dan pengelolaan ikan sidat berkelanjutan yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO).

Lepasliarkan Ikan Sidat

KKP dan FAO telah membudidaya ikan sidat yang status konservasinya dilindungi secara terbatas melalui proyek IFish. Sebanyak 2,5 persen hasil budidaya sidat dilepaskan ke perairan.

Baca juga: Tuna dan Sidat Indonesia Berpotensi Diekspor ke Jepang, tetapi....

Sebanyak 20 kilogram sidat hasil budidaya dilepasliarkan di Bendung Cijalu, Cilacap untuk menjaga keseimbangan populasi habitat aslinya pada 2024.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan KKP, Nyoman Radiarta, menyampaikan proyek ini sejalan dengan program ekonomi biru dalam pengelolaan berkelanjutan ekosistem perikanan darat.

"Dampak jangka panjang dari perubahan perilaku dalam pengelolaan sumber daya perikanan darat yaitu meningkatkan perlindungan sumber daya ikan terutama untuk jenis ikan yang terancam punah," jelas Nyoman.

Para pembicara dalam acara Lesson Learned Form the IFish Project, di Jakarta Pusat, Kamis (27/2/2025).KOMPAS.com/ZINTAN PRIHATINI Para pembicara dalam acara Lesson Learned Form the IFish Project, di Jakarta Pusat, Kamis (27/2/2025).

"Kedua, meningkatan upaya pengelolaan sumber daya perikanan darat dan meningkatkan kesadaran serta partisipasi masyarakat," imbuh dia.

Selama tujuh tahun, proyek itu mengembangkan 15 kebijakan nasional maupun regional yang mengatur lebih dari 11.800 kilometer persegi ekosistem air tawar kritis di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera.

Salah satu pencapaian signifikannya ialah pengesahan sistem pengelolaan perikanan adat Lubuk Larangan di Kabupaten Kampar, Riau, yang menerapkan zona larangan tangkap untuk melindungi stok ikan.

IFish memperkenalkan model pengelolaan berbasis komunitas di lima wilayah demonstrasi dengan target spesies bernilai tinggi yaitu sidat di Cilacap dan Sukabumi, arwana dan perikanan beie di Barito Selatan dan Kapuas, serta belida di Kampar.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Pangkas Emisi Penerbangan, NASA Kembangkan Mesin Hidrogen Hibrida

Pangkas Emisi Penerbangan, NASA Kembangkan Mesin Hidrogen Hibrida

Pemerintah
Fokus Pelestarian Lingkungan, Grup ANJ Raih Empat Penghargaan dari KLH

Fokus Pelestarian Lingkungan, Grup ANJ Raih Empat Penghargaan dari KLH

Swasta
Cegah Kelangkaan Populasi, Pemkab Sukabumi Pilih Beli Sidat dari Pemancing

Cegah Kelangkaan Populasi, Pemkab Sukabumi Pilih Beli Sidat dari Pemancing

Pemerintah
Hutan dengan Pohon Campuran Unggul dalam Simpan Karbon

Hutan dengan Pohon Campuran Unggul dalam Simpan Karbon

Pemerintah
Lestari Award 2025 Menebar Inspirasi Keberlanjutan dengan Tiga Inovasi

Lestari Award 2025 Menebar Inspirasi Keberlanjutan dengan Tiga Inovasi

Swasta
IFish, Proyek KKP-FAO Budidaya dan Lepasliarkan Ikan Sidat

IFish, Proyek KKP-FAO Budidaya dan Lepasliarkan Ikan Sidat

Pemerintah
3 Negara Disebut Ajukan Proposal Pengembangan PLTN di RI, Ini Daftarnya

3 Negara Disebut Ajukan Proposal Pengembangan PLTN di RI, Ini Daftarnya

Pemerintah
Fakta Daur Ulang di Balik Plastik PET Kemasan Besar yang Jadi Primadona

Fakta Daur Ulang di Balik Plastik PET Kemasan Besar yang Jadi Primadona

Swasta
Sebelum Jadi Tersangka Korupsi, Dirut Pertamina Patra Niaga Terima Penghargaan Lingkungan

Sebelum Jadi Tersangka Korupsi, Dirut Pertamina Patra Niaga Terima Penghargaan Lingkungan

Pemerintah
MHU Raih Proper Hijau Dua Tahun Berturut-turut, Komitmen Keberlanjutan Kian Kuat

MHU Raih Proper Hijau Dua Tahun Berturut-turut, Komitmen Keberlanjutan Kian Kuat

Swasta
Jadi Tenaga Baru untuk Transisi Energi, Danantara Harus Dikelola Secara Stabil

Jadi Tenaga Baru untuk Transisi Energi, Danantara Harus Dikelola Secara Stabil

LSM/Figur
Pemilik Aset Tuntut Transparansi ESG Lebih Besar

Pemilik Aset Tuntut Transparansi ESG Lebih Besar

Pemerintah
Masyarakat Sipil Dorong RUU Kehutanan Berpihak Perlindungan Rimba dan Masyarakat Adat

Masyarakat Sipil Dorong RUU Kehutanan Berpihak Perlindungan Rimba dan Masyarakat Adat

LSM/Figur
KLH Gandeng Kementerian ESDM, Pastikan Kelola Energi Ramah Lingkungan

KLH Gandeng Kementerian ESDM, Pastikan Kelola Energi Ramah Lingkungan

Pemerintah
Baru Dibersihkan, Sungai Citarum Kembali Dipenuhi Sampah

Baru Dibersihkan, Sungai Citarum Kembali Dipenuhi Sampah

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau