Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Sampah Gelas Plastik Jadi Masalah Besar, Saatnya Produsen Ikut Bertanggung Jawab

Kompas.com - 03/03/2025, 11:10 WIB
Sri Noviyanti,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Sampah plastik, khususnya dari kemasan kecil air minum dalam kemasan (AMDK), terus menjadi sorotan karena dominasi jumlahnya di tempat pembuangan akhir (TPA).

Laporan dari Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC) pada 2023 mencatat bahwa gelas plastik AMDK menempati posisi kedua sebagai sampah plastik terbanyak di enam kota besar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pengelolaan sampah plastik, terutama yang berasal dari kemasan kecil, masih belum optimal.

Meski kesadaran masyarakat dalam memilah dan mendaur ulang sampah terus didorong, para narasumber menegaskan bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah plastik tidak bisa hanya dibebankan kepada konsumen dan pemulung.

Produsen memiliki peran krusial dalam memastikan bahwa kemasan produk mereka tidak berakhir menjadi sampah yang sulit terurai di lingkungan.

Baca juga: Murah tapi Sulit Didaur Ulang, Alasan Sampah Gelas Plastik AMDK Membludak

Hal itu diungkapkan Ahmad Safrudin dari Konsorsium Pengelolaan Sampah Net Zero (NZWMC) dalam acara Kompas.com Talks bertajuk "Mitos Vs Fakta: Benarkah Semua Plastik Adalah Sampah?" yang digelar di Aroem Resto and Cafe Jakarta, Jumat (21/2/2025).

CEO Kita Bumi Global, Hadiyan Fariz Azhar, mengamini hal itu. Menurutnya, produsen harus mempertimbangkan dampak lingkungan sebelum memproduksi suatu kemasan.

Ia menyoroti bahwa beban pengelolaan sampah selama ini lebih banyak ditanggung oleh masyarakat dan pemulung, sementara produsen sering kali lepas tangan.

“Sampai kapan mau bergantung? Kalau produsen dari awal bikin produk yang susah didaur ulang, ya jelas sampahnya bakal menumpuk terus. Indonesia perlu memiliki tata kelola sampah (waste management) yang apik dan terstruktur,” tegasnya.

Dampak terhadap daur ulang

Salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan sampah plastik kemasan kecil adalah rendahnya nilai ekonomi yang dimiliki.

Gelas plastik AMDK, misalnya, sulit didaur ulang karena ukurannya yang kecil dan materialnya yang terdiri dari beberapa komponen. Sudah begitu, sering kali masih tercampur cairan. Ini yang membuat sampah jenis ini tidak memiliki nilai jual bagi pemulung.

Baca juga: Saset dan Gelas Plastik Sekali Pakai Dominasi TPA di 6 Kota Indonesia

Selain itu, faktor penyusutan dalam proses daur ulang juga menjadi kendala. Gelas plastik mengalami penyusutan hingga 60 persen.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan dorongan regulasi dan kebijakan yang lebih ketat terhadap produsen.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah menerapkan konsep extended producer responsibility (EPR), yang mewajibkan produsen bertanggung jawab atas pengelolaan sampah plastik mereka. Namun, dalam implementasinya, masih banyak produsen yang belum benar-benar menjalankan tanggung jawab ini.

Baca juga: AMDK Gelas Plastik adalah Desain Produk Buruk, Lebih Baik Dilarang

Alternatif yang dapat dilakukan adalah mendorong industri untuk beralih ke kemasan yang lebih besar dan lebih mudah didaur ulang, seperti botol atau galon berbahan polyethylene terephthalate (PET) yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dalam rantai daur ulang.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
4 Hektare Lahan TN Barbak Sembilang Rusak karena Perambahan
4 Hektare Lahan TN Barbak Sembilang Rusak karena Perambahan
Pemerintah
Adena Coffee Berbagi Strategi Bangun Kopi Berkelanjutan dari Kebun
Adena Coffee Berbagi Strategi Bangun Kopi Berkelanjutan dari Kebun
Swasta
Trenggalek Pulihkan Terumbu Karang, Siapkan Ekowisata Selam
Trenggalek Pulihkan Terumbu Karang, Siapkan Ekowisata Selam
Pemerintah
Kemenristekdikti Ungkap Peran Kampus dalam Mempercepat Capaian SDGs
Kemenristekdikti Ungkap Peran Kampus dalam Mempercepat Capaian SDGs
Pemerintah
Tiga Lembaga Filantropi Gelar Kampanye Kesehatan Mental Remaja lewat Kompetisi Film
Tiga Lembaga Filantropi Gelar Kampanye Kesehatan Mental Remaja lewat Kompetisi Film
LSM/Figur
Ibadah Haji Bisa Lebih Ramah Lingkungan, BPKH Luncurkan Panduannya
Ibadah Haji Bisa Lebih Ramah Lingkungan, BPKH Luncurkan Panduannya
Swasta
Kemenhut Sebut 192.582 Masyarakat Mendapat Manfaat Perhutanan Sosial
Kemenhut Sebut 192.582 Masyarakat Mendapat Manfaat Perhutanan Sosial
Pemerintah
Panas Ekstrem, Bagaimana Pohon Bisa Jadi AC Alami untuk Seluruh Kota?
Panas Ekstrem, Bagaimana Pohon Bisa Jadi AC Alami untuk Seluruh Kota?
LSM/Figur
5 Tuntutan Masyarakat Sipil untuk DEN Demi Transisi Energi Berkeadilan
5 Tuntutan Masyarakat Sipil untuk DEN Demi Transisi Energi Berkeadilan
LSM/Figur
Publik Global Dukung Pajak Karbon, Apalagi jika Atasi Ketimpangan
Publik Global Dukung Pajak Karbon, Apalagi jika Atasi Ketimpangan
LSM/Figur
SIG Perbesar Kapasitas PLTS untuk Perkat Dekarbonisasi
SIG Perbesar Kapasitas PLTS untuk Perkat Dekarbonisasi
BUMN
Kepala TN Gunung Rinjani: Pendakian Harus Utamakan Keselamatan
Kepala TN Gunung Rinjani: Pendakian Harus Utamakan Keselamatan
Pemerintah
Coldplay Rilis 'EcoRecords' Lagi, Album dengan Piringan Daur Ulang
Coldplay Rilis "EcoRecords" Lagi, Album dengan Piringan Daur Ulang
Swasta
Jawaban Panjang AI Butuh Energi 50 Kali Lebih Banyak, Pengguna Perlu Bijak Bertanya
Jawaban Panjang AI Butuh Energi 50 Kali Lebih Banyak, Pengguna Perlu Bijak Bertanya
LSM/Figur
Risiko Bisnis Kian Kompleks di Tengah Krisis yang Saling Terhubung, Bagaimana Cara agar Bisa Bertahan?
Risiko Bisnis Kian Kompleks di Tengah Krisis yang Saling Terhubung, Bagaimana Cara agar Bisa Bertahan?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau