Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KLH Tutup Dua Perusahaan di Tangerang karena Cemari Lingkungan

Kompas.com, 3 Maret 2025, 18:58 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyatakan bahwa instansinya telah menutup dua perusahaan di kawasan Tangerang, yang terbukti mencemari lingkungan.

Menurut dia, penutupan dilakukan dalam rangka penertiban industri yang berdampak terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat.

"Tadi kami ada dua industri besar, Sumber Daya Steel dan Asia Logam Perkasa, di Pasar Kemis di Tangerang, jadi kami sudah tutup dan ini memang agak bahaya," ungkap Hanif saat ditemui di Kawasan Berserikat Nusantara (KBN) Marunda, Jakarta Utara, Senin (3/3/2025).

Dua perusahaan tersebut disinyalir menyebabkan pencemaran udara dan lingkungan dari timbal serta tembaga.

Sementara ini, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah mencatat 14 perusahaan lain yang terancam ditutup karena kasus serupa. Hanif menyebut, pihaknya juga akan mengevaluasi operasional perusahaan meski mengantongi izin lingkungan.

Selain itu, KLH berencana menertibkan sejumlah titik yang menjadi sumber pencemar udara di Jabodetabek termasuk industri yang masih mengunakan ketel uap batu bara.

"Prinsipnya Jabodetabek, sudah tidak selayaknya lagi menggunakan batu bara di dalam pembakaran ketel uapnya, boilernya. Ini banyak yang dibawa oleh polutannya batu bara, merkurinya juga enggak bisa hilang dan ini persisten," jelas Hanif.

Saat ini, kata Hanif, ada 200 titik yang teridentifikasi menggunakan pendidih (boiler) dengan bahan bakar batu bara. Pengontrolan ketat rencananya berlangsung sekitar April-Juni 2025.

Baca juga: Perubahan Iklim Picu Kematian Pohon di Perkotaan, Kita Terancam Makin Kegerahan 

"Kami akan melakukan segala macam diskusi, persuasi dan preemtif untuk melakukan langkah-langkah ke arah sana. Jadi kami akan maksimalkan itu, kondisinya memang menyebar dan memengaruhi hajatnya orang banyak, industri yang berada di tengah masyarakat," tutur dia.

Sidak KBN Marunda

Adapun KLH menyidak stockpile atau tempat penampung batu bara di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda, Jakarta Utara, karena adanya laporan warga yang mengeluhkan polusi udara.

Hanif mengaku, sudah menurunkan tim untuk melakukan verifikasi lapangan, terkait dengan aktivitas operasional di wilayah tersebut.

"Karena ini daerah yang sangat padat dan banyak aktivitas, kami akan lakukan dengan agak detail. Sehingga apa yang dikeluhkan oleh masyarakat yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat, dapat kami segera minimalisir dan tangani dengan serius," ujar Hanif.

"Jadi, memang ini aktivitas-aktivitas ini menjadi sumber utama pencemaran udara di Jakarta," imbuh dia.

Kata Hanif, KLH turut mengevaluasi dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) milik perusahaan.

Baca juga: Menteri LH Sidak Stockpile Batubara Marunda, Dua Sumber Pencemaran Ditutup

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
LSM/Figur
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
Pemerintah
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
BUMN
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Swasta
Hadapi 'Triple Planetary Crisis', Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
Hadapi "Triple Planetary Crisis", Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
LSM/Figur
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
LSM/Figur
Bappenas Ingatkan Dampak Ekspansi Sawit yang Terlalu Cepat dan Kesampingkan Keberlanjutan
Bappenas Ingatkan Dampak Ekspansi Sawit yang Terlalu Cepat dan Kesampingkan Keberlanjutan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau