KOMPAS.com - Studi baru dari peneliti University College London dan Imperial College London di Inggris menemukan, perusahaan-perusahaan di dunia meremehkan total jejak gas rumah kaca yang mereka hasilkan karena standar penghitungan yang tidak konsisten untuk emisi metana.
Akibatnya, studi yang diterbitkan di Nature Communications itu mencatat emisi metana yang tidak dilaporkan setidaknya mencapai 170 juta hingga 3,3 miliar ton karbon selama satu dekade (2014-2023), tergantung pada metrik yang digunakan untuk menghitung.
Ini berarti merupakan kesenjangan emisi metana yang signifikan pula dan berpotensi menghabiskan biaya antara 1,6 miliar dollar AS hingga 40 miliar dollar AS untuk memperbaikinya.
"Kesenjangan emisi kumulatif yang telah kami dokumentasikan ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menstandardisasi pelaporan emisi metana," kata Penulis Utama Dr Simone Cenci, dikutip dari Science Daily, Senin (3/3/2025).
Baca juga: Kesadaran Konsumen Tingkatkan Permintaan Daging Sapi Rendah Metana
Metana adalah gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan sebanding dengan karbon dioksida.
Meski jumlah metana yang dilepaskan jauh lebih kecil daripada karbon dioksida, metana lebih efisien dalam memerangkap panas di atmosfer.
Namun, metana juga berumur lebih pendek di atmosfer, hanya sekitar 10 tahun sementara karbon dioksida 120 tahun.
Langkah pertama untuk mengatasi dampaknya terhadap iklim adalah memastikan bahwa gas tersebut diperhitungkan dengan benar.
Akan tetapi karena umur metana yang pendek, konversi ke CO2 tidak mudah dan memunculkan perdebatan.
Sebagai informasi, jumlah total panas terperangkap disebut Potensi Pemanasan Global (GWP) dan diukur dalam satuan ekuivalen CO2.
Contohnya saja, jika dampak metana dihitung selama 20 tahun (GWP-20), dampaknya sekitar 80 kali lebih kuat daripada karbon dioksida karena itulah jangka waktu sebelum sebagian besarnya menghilang.
Namun, jika diukur selama 100 tahun (GWP-100), lebih banyak metana yang terurai sehingga hanya sekitar 28 kali lebih kuat.
Bagi perusahaan yang melaporkan jejak gas rumah kaca mereka, kurangnya harmonisasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakakuratan, karena tidak ada panduan atau konsensus yang mengikat secara hukum tentang standar mana yang akan digunakan.
Temuan itu didapat setelah para peneliti menyusun dan menganalisis emisi metana dari sampel 2.846 perusahaan representatif di berbagai sektor ekonomi dan negara.
Mereka menemukan bahwa konversi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut sebagian besar tidak konsisten dengan pedoman standar akuntansi karbon terkini yang merekomendasikan metrik GWP-100 yang sama dengan Laporan Penilaian Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) terbaru.
Baca juga: Peneliti Temukan Padi yang Mampu Reduksi Metana Hingga 70 Persen
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya