KOMPAS.com - Studi yang diterbitkan Maret 2025 lalu menemukan bahwa kadar oksigen di danau di seluruh dunia menurun akibat pemanasan global dan gelombang panas.
Para peneliti menemukan tren penurunan ini setelah menganalisis data kadar oksigen terlarut — yaitu jumlah oksigen dalam air — pada lebih dari 15.000 danau di seluruh dunia selama 20 tahun terakhir.
Hasil penelitian yang diterbitkan di Science Advances ini menunjukkan, 83 persen danau di dunia mengalami penurunan kadar oksigen di permukaan airnya.
Tingkat kehilangan oksigen di danau bahkan lebih cepat dibandingkan lautan dan sungai, menandakan bahwa masalah ini cukup serius.
Para peneliti mengungkapkan bahwa penyebab utama penurunan oksigen adalah pemanasan global, menyumbang 55 persen dari total penurunan dengan mengurangi kelarutan oksigen dalam air.
Selain itu, meningkatnya kandungan nutrisi di danau—disebut sebagai eutrofikasi—bertanggung jawab atas sekitar 10 persen dari total kehilangan oksigen.
Studi ini juga menganalisis dampak gelombang panas, yang menunjukkan bahwa suhu ekstrem menyebabkan penurunan oksigen lebih cepat dan signifikan, dengan penurunan sebesar 7,7 persen dibandingkan kondisi suhu rata-rata.
Peneliti menekankan bahwa perubahan ini berdampak besar pada ekosistem air tawar yang membutuhkan kadar oksigen cukup untuk menopang biota dan menjaga keseimbangan ekologi.
"Kehilangan oksigen dapat menyebabkan kepunahan spesies, kematian organisme air, serta runtuhnya industri perikanan komersial," kata Zhang Yunlin, peneliti Institut Geografi dan Limnologi Nanjing, Akademi Ilmu Pengetahuan China.
Sebelumnya, penelitian lain pada tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Nature juga melaporkan bahwa penurunan kadar oksigen terjadi di permukaan dan dasar danau di daerah beriklim sedang.
Namun, studi terbaru ini memberikan gambaran yang lebih luas karena mencakup danau di seluruh dunia yang memiliki luas lebih dari 10 kilometer persegi, termasuk danau di daerah tropis dan beriklim dingin yang belum diteliti dalam studi sebelumnya.
Studi ini juga menyoroti perlunya tindakan segera untuk mengatasi ancaman kehilangan oksigen.
Co-author Shi Kun, peneliti dari institut yang berbasis di Nanjing, mengatakan bahwa upaya harus difokuskan pada pengurangan konsentrasi nutrisi di danau. Beberapa langkah yang disarankan termasuk membatasi penggunaan pupuk, mengurangi limbah ternak, serta meningkatkan pengelolaan limbah domestik dan industri di perkotaan.
"Menanam vegetasi bawah air dan membangun lahan basah juga dapat membantu memulihkan ekosistem danau," kata Shi kepada Xinhua.
Namun, studi ini tidak memberikan rekomendasi khusus mengenai penyebab utama perubahan iklim dan gelombang panas.
Penelitian ini melibatkan para ilmuwan dari Universitas Nanjing, China, dan Universitas Bangor, Inggris.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya