"Pendapat masyarakat dari masyarakat kerap diabaikan. Kalangan elite hanya menganggap opini-opini yang menentang pemanfaatan energi panas bumi sebagai penghalang pembangunan energi hijau," terang Smith.
Idealnya, Smith melanjutkan, pembangunan energi hijau harus selaras dan membantu keberlanjutan lokal dan memperhitungkan pendapat mereka. Oleh karena itu, untuk strategi mitigasi konflik polarisasi seharusnya memperhitungkan komunikasi, pertimbangan, dan aksi kolektif.
Meski demikian, pendekatan terhadap masyarakat adat dan lokal kerap kali tidak tepat untuk mewakili keseluruhan masyarakat yang terdampak pembangunan panas bumi.
"Perusahaan, pemerintah daerah, pemerintah pusat berkomunikasi dengan merayu masyarakat lokal dan adat. Hanya 1-2 kalangan yang setuju tetapi mereka anggap sudah mewakili keseluruhannya," papar Smith.
"Ada pun pendekatan yang tidak lewat konsultasi, melainkan intimidasi, sehingga mendorong sebagian dari kelompok yang setuju dan tidak setuju. Cara ini menciptakan polarisasi yang bertolak belakang dari strategi pemerintah dan masyarakat," tutur Smith.
Menangkal polarisasi
Menurut Zainal, temuan Smith dan rekan-rekan menyadarkan kita akan situasi yang terlihat "kurang terpolarisasi", sejatinya mengubur polarisasi yang ada. "Berarti, ada wacana yang sudah dikontrol untuk membuatnya terlihat tidak ada polarisasi."
"Polarisasi adalah sesuatu yang dibentuk. Artifisial. Maka, pertanyaannya, cui bono--siapa yang diuntungkan?" terang Nicholas Adam, filsuf University of Birmingham yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Perbedaan akan selalu ada di setiap individu dan kelompok. Perbedaan bisa menghasilkan konflik, namun tidak selalu berbuah pada kekerasan karena nilai dan etika yang mengikat masyarakat. Adam melanjutkan, narasi politik sering membesar-besarkan perbedaan sehingga menciptakan polarisasi di kalangan masyarakat. (Afkar Aristoteles Mukhaer/National Geographic Indonesia)
Baca juga: Gubernur NTT: Pengembangan Geotermal di Pulau Flores akan Ditinjau
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya