Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi

Kompas.com, 24 Mei 2025, 09:04 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Semua daerah penghasil anggur di seluruh dunia telah terdampak perubahan iklim, tetapi tidak merata dan bervariasi sepanjang musim tanam.

Temuan itu dipaparkan dalam studi E.M. Wolkovich dari University of British Columbia dan rekan-rekannya, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Climate.

Anggur merupakan tanaman yang hidup bertahun-tahun dan memiliki nilai ekonomi tinggi, tetapi sangat sensitif terhadap perubahan iklim.

Studi menunjukkan bahwa suhu yang lebih hangat menyebabkan daerah yang cocok untuk menanam anggur bergeser ke arah kutub atau menjauhi khatulistiwa.

Artinya, daerah-daerah tradisional yang selama ini terkenal dengan anggurnya mungkin tidak lagi optimal, sementara daerah yang lebih dingin menjadi lebih cocok.

Baca juga: Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Tanaman di Gunung Tak Mampu Adaptasi

Di daerah tradisional, suhu yang lebih hangat menyebabkan anggur matang lebih cepat dan memiliki kadar gula yang lebih tinggi. Ini mengubah rasa anggur yang dihasilkan, berpotensi mengurangi kualitas atau karakteristik uniknya.

Meskipun makin banyak penelitian tentang dampak perubahan iklim pada anggur, belum ada penelitian yang memberikan gambaran global secara menyeluruh.

Nah, dalam studi baru ini peneliti secara khusus mempelajari fenologi anggur.

Fenologi adalah ilmu tentang waktu berbagai tahap pertumbuhan dan reproduksi tanaman anggur sebagai respons terhadap lingkungannya.

Untuk menganalisis bagaimana berbagai tahapan pertumbuhan anggur, mereka menggunakan data dari lebih dari 500 varietas, mengamati 10 ukuran iklim, dari suhu terendah selama dormansi dan saat kuncup muncul, hingga suhu ekstrem selama musim tanam, hingga suhu dan curah hujan selama panen.

Baca juga: Kekeringan dan Gelombang Panas Bikin Tanaman Sulit Serap Karbon

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa perubahan iklim telah memengaruhi semua wilayah penghasil anggur secara berbeda, yang menyulitkan para petani untuk adaptasi.

Eropa telah mengalami perubahan paling signifikan yang ditandai dengan peningkatan signifikan dalam jumlah hari dengan suhu di atas 35 derajat C.

Namun pengaruh perubahan iklim terhadap wilayah penghasil anggur ini tidak merata.

Sebagai perbandingan, Amerika Utara menunjukkan kenaikan yang lebih kecil dalam suhu rata-rata dan suhu ekstrem.

Penelitian global seperti ini pun sangat dibutuhkan untuk membantu para petani anggur beradaptasi dengan perubahan iklim.

"Saya sangat terkejut dengan tingkat pemanasan di seluruh dunia, terutama di Eropa, di mana hasil kami menunjukkan dengan jelas seberapa besar musim tanam telah menghangat akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia," kata Dr. Wolkovich.

Baca juga: PBB: Hanya Aksi Emisi Tegas yang Bisa Pulihkan Ekonomi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau