Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana AI Membantu Industri Mode Kurangi Limbah Tekstil?

Kompas.com - 27/05/2025, 14:57 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Industri fashion memiliki masalah limbah yang belum terpecahkan hingga kini. Setiap detik, sekitar satu truk penuh pakaian dibuang, dikubur, atau dibuang.

Menurut Ellen MacArthur Foundation, sementara di balik layar, limbah dari industri mode ini bahkan dimulai lebih awal sebelum proses produksi, di mana limbah tekstil yang tak bisa digunakan dibuang sebelum menjadi pakaian.

Itulah masalah yang ingin dipecahkan oleh Smartex, perusahaan berbasis kecerdasan buatan yang mencoba memecahkan masalah limbah di rantai produksi industri fashion.

Mengutip Sustainability News, Selasa (27/5/2025) perusahaan ini membangun sistem berbasis kamera yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mendeteksi cacat pada tekstil saat diproduksi.

Baca juga: Kurangi Sampah “Fast Fashion” lewat Gerakan Barter Pakaian

Dengan mendeteksi masalah lebih awal, pabrik mengurangi limbah bahan.

Selama tiga tahun terakhir, Smartex mengatakan teknologinya telah membantu mencegah 1 juta kilogram kain terbuang sia-sia.

Perusahaan mengklaim sistemnya meningkatkan efisiensi produksi sekitar 0,37 persen per kilogram kain jadi. Kedengarannya kecil, tetapi jumlahnya banyak.

Sebagai gambaran, pada tahun 2024, raksasa mode Inditex (yang memiliki Zara) menggunakan lebih dari 678.000 ton bahan baku.

Sebagian kecil dari persen yang dihemat pada skala tersebut berarti lebih banyak pakaian yang dibuat namun lebih sedikit limbah yang dihasilkan.

Bagian dari tantangannya adalah produksi pakaian masih sangat manual, dan rantai pasokan panjang dan terfragmentasi.

Kapas dapat ditanam di satu negara, diwarnai di negara lain, dijahit di negara ketiga.

Kompleksitas itu membuat proses standarisasi atau digitalisasi menjadi sulit. Pada saat yang sama, industri mode bergerak cepat dan bereaksi terhadap tren yang berubah.

Sementara dampak lingkungan industri ini serius.

Uni Eropa mengatakan 20 persen polusi air global berasal dari pewarnaan dan penyelesaian kain. Mengurangi limbah dan meningkatkan kontrol kualitas di sumbernya dapat mengurangi tekanan pada sumber daya dan margin.

Baca juga: Harus Segmented, Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Lebih lanjut, Smartex menggunakan infrastruktur AWS untuk melatih model pembelajaran mesinnya. Model-model ini harus beradaptasi dengan variasi dalam lingkungan kain dan produksi di berbagai negara dan pabrik.

Dalam jangka panjang, Smartex memiliki tujuan yang lebih luas. Perusahaan ini ingin menjadi lapisan digital yang menghubungkan semua bagian dari rantai pasokan mode.

Salah satu pendiri dan CEO Smartex Gilberto Loureiro menyebutnya sebagai “sistem operasi” untuk pabrik di mana perangkat lunak yang membantu merek melacak asal barang, cara pembuatannya, dan sumber daya apa yang digunakan.

Namun untuk saat ini, Smartex berfokus pada pengurangan limbah dan membantu pabrik beroperasi lebih efisien untuk mengurai masalah yang dihadapi oleh industri mode.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau