Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim Memburuk, Pemanasan 2 Derajat C Terjadi Lebih Cepat dari Dugaan

Kompas.com - 28/05/2025, 20:33 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan iklim untuk pertama kalinya memperingatkan bahwa kita mungkin akan mengalami kenaikan suhu global di atas 2 derajat C dalam waktu lima tahun ke depan.

Setiap tahun, para peneliti di Met Office, layanan cuaca nasional Inggris menggunakan data iklim hasil observasi dan pemodelan dari berbagai institusi di seluruh dunia untuk memprediksi iklim global untuk lima tahun ke depan.

Penelitian terbaru Met Office memperkirakan bahwa sebelum tahun 2030, kita bisa mengalami satu tahun di mana suhu rata-rata global naik lebih dari 2 derajat C di atas tingkat pra-industri.

Jika ini terjadi, itu akan menjadi titik balik yang sangat penting dan sebuah peringatan keras tentang kegagalan kita dalam mengatasi perubahan iklim, sekaligus potensi dampak yang lebih parah di masa depan.

"Peristiwa semacam itu akan menjadi benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap Adam Scaife dari Met Office, dikutip dari New Scientist, Rabu (28/5/2025).

Baca juga: Taman Nasional di Kenya Berbenah di Tengah Ancaman Perubahan Iklim

Saat ini ilmuwan memprediksi sebanyak 70 persen bahwa pemanasan rata-rata global selama lima tahun ke depan akan melampaui 1,5 derajat C.

Lonjakan sebesar 47 persen dari tahun 2024 ini membuat Adam Scaife menegaskan bahwa tahun-tahun dengan pemanasan di atas 1,5 persen C akan segera menjadi hal yang lumrah, yang disebutnya sebagai "statistik yang mengejutkan".

“Sangat tidak mungkin, tetapi bisa saja terjadi. Tidak ada yang ingin melihatnya, tetapi itulah yang dikatakan sains kepada kita,” papar Leon Hermanson dari Met Office.

Adam Scaife menjelaskan bahwa untuk mencapai tahun dengan suhu rata-rata global yang naik lebih dari 2 derajat C, kemungkinan besar akan dibutuhkan gabungan beberapa fenomena iklim yang saling memperkuat secara kebetulan.

Contohnya adalah El Niño yang sangat kuat yang membawa panas dari lautan Pasifik, ditambah dengan Osilasi Arktik dalam fase positif yang dapat meningkatkan suhu daratan di wilayah Eurasia secara signifikan.

Meskipun saat ini kita mungkin melihat tahun dengan pemanasan global di atas 2 derajat C, para ilmuwan memperingatkan bahwa kemungkinan terjadinya hal tersebut akan melonjak sangat tinggi dalam waktu dekat.

Satu-satunya cara untuk menghindari skenario ini adalah dengan melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca secara besar-besaran dan sesegera mungkin.

Baru satu dekade sejak Met Office dan WMO pertama kali mengkonfirmasi kemungkinan bahwa dunia bisa mengalami satu tahun dengan pemanasan di atas 1,5 derajat C. Sekarang dunia berada sangat dekat dengan melampaui ambang batas 1,5 derajat C.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi

Namun Chris Hewitt dari WMO mengatakan masih ada peluang untuk menghindari dampak paling berbahaya dari perubahan iklim, dengan memangkas emisi secara radikal untuk menjaga suhu sedekat mungkin dengan ambang batas 1,5 derajat C.

Perjanjian Paris tahun 2015 sendiri bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2 derajat C di atas tingkat pra-industri, dengan target tambahan untuk menjaga pemanasan pada atau di bawah 1,5 derajat C.

Tujuan-tujuan tersebut baru akan gagal jika kenaikan suhu pada tingkat 1,5 derajat C atau 2 derajat C bertahan selama beberapa dekade.

Sementara itu tahun 2024 menjadi tahun pertama di mana suhu rata-rata global secara sementara melampaui batas 1,5 derajat C, yang diperparah oleh emisi yang terus meningkat dan fenomena El Niño.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau