JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono, mengungkapkan bahwa Indonesia telah memulai aksi iklim berbasis masyarakat yang diterapkan di berbagai desa.
Hal ini disampaikannya saat menghadiri pertemuan Brasil, Rusia, India, China, South Africa (BRICS) High Level Meeting on Climate Change and Sustainable Development.
Pertemuan tersebut dihadiri perwakilan tingkat Wakil Menteri Lingkungan Hidup dari negara-negara anggota BRICS. Diaz memastikan bahwa Indonesia terus meningkatkan komitmen perubahan iklim kepada dunia.
"Presiden kami, Prabowo Subianto, juga telah mengumumkan bahwa Indonesia akan mencapai Net Zero Emission 10 tahun lebih cepat dari 2060 menjadi 2050 atau sama seperti Brasil," ujar Diaz dalam keterangannya, Jumat (30/5/2025).
Baca juga: Satu Persen Lagi, Uni Eropa Nyaris Tuntaskan Target Iklim Dekade Ini
Dia menyebutkan, ada dua program unggulan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang melibatkan masyarakat desa yakni Desa Mandiri Peduli Mangrove dan Program Kampung Iklim (Proklim).
Desa Mandiri Peduli Mangrove adalah inisiatif dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang mendorong desa untuk secara sukarela mengelola dan melindungi ekosistem mangrove.
"Warga desa menerima manfaat ekonomi dari melindungi mangrove, seperti pengembangan ekowisata, silvofishery, dan akuakultur," papar Diaz.
"Selain itu, program ini juga signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca," imbuh dia.
Sementara Proklim adalah program unggulan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang mendorong aksi iklim di tingkat tapak. Tujuannya, meningkatkan ketahanan masyarakat lokal terhadap dampak perubahan iklim serta mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Baca juga: Krisis Iklim Memburuk, Pemanasan 2 Derajat C Terjadi Lebih Cepat dari Dugaan
"KLH memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap desa yang mendapat kategori Proklim. Kampung yang memiliki label Proklim dapat lebih mudah mendapatkan dukungan sponsor atau pendanaan dari sektor swasta melalui CSR," ungkap Diaz.
Dalam kesempatan itu, dia membagikan kisah sukses dari tiga desa yang telah mendapatkan rating Proklim Lestari, yakni Desa Tugurejo, Semarang, Jawa Tengah, Muara Rapak di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Desa Bodeyan, Sukoharjo, Jawa Tengah.
"Masing-masing desa memiliki ancaman bencana akibat perubahan iklim. Namun mereka juga memiliki langkah mitigasi dan adaptasi yang sesuai dengan kondisi serta keunggulan masing-masing," sebutnya.
Baca juga: Perubahan Iklim Pengaruhi Kesehatan Ibu Hamil
Sejak diluncurkan pada 2011 Proklim telah menjangkau 11.289 desa di seluruh Indonesia dan berpotensi mengurangi emisi sekitar lebih dari 2,5 juta ton CO2 ekuivalen.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya