Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Kini Lebih Banyak Biayai Energi Hijau Ketimbang Batubara

Kompas.com, 30 Mei 2025, 20:37 WIB
Eriana Widya Astuti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Berdasarkan analisis terbaru dari Pusat Kebijakan Pembangunan Global (PDB) di Universitas Boston (BU) AS, hampir 70 persen investasi Tiongkok di sektor kelistrikan luar negeri pada 2022 hingga 2023 dialokasikan ke energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.

Untuk pertama kalinya, investasi ini melampaui pembiayaan untuk energi fosil sejak Beijing mulai mendukung proyek kelistrikan di luar negeri pada awal 2000-an.

Sementara itu, menurut laporan Inside Climate News, pergeseran ini mencerminkan semakin kuatnya posisi China dalam teknologi energi hijau dan rantai pasokan mineral penting yang menunjangnya.

Baca juga: Cetak Rekor, Pembangkit EBT Suplai 32 Persen Listrik Dunia pada 2024

“Pada September 2021, Presiden Tiongkok Xi Jinping menyatakan bahwa negaranya akan menghentikan pendanaan pembangkit listrik tenaga batubara baru di luar negeri, dan sebaliknya meningkatkan dukungan terhadap proyek energi terbarukan,” bunyi pernyataan kebijakan yang dikutip para peneliti dari BU GDP Center, sebagaimana dilansir Ecowatch, Jumat (30/5/2025).

Selain itu, laporan berjudul No New Coal: A Shift in the Composition of China’s Overseas Power Plant Portfolio mengevaluasi bagaimana Tiongkok menjalankan janji tersebut sejak 2021.

Laporan ini juga memberikan gambaran tentang data emisi karbon dioksida, kapasitas dan komposisi energi, serta daftar investor pembangkit listrik luar negeri milik China.

Pembaruan data dalam Basis Data Tenaga Listrik Global Tiongkok, yang dikelola oleh BU GDP Center, juga menyertakan informasi baru tentang portofolio pembangkit listrik luar negeri Tiongkok.

Penulis laporan mencatat bahwa susunan pendanaan proyek energi luar negeri oleh lembaga pembiayaan pembangunan dan investasi asing langsung Tiongkok telah bergeser.

Kini, 68 persen dari pendanaan tersebut dialokasikan ke energi hijau. Sejak 2021, tidak ada proyek pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang didanai.

Namun, temuan ini tidak sepenuhnya sederhana. Data menunjukkan bahwa total nilai investasi energi justru menurun, dan sebagian besar investasi yang masih ada tetap menghasilkan emisi karbon yang tinggi.

Para peneliti, seperti dilaporkan Inside Climate News, menyebut bahwa proyek pembangkit listrik tenaga batu bara yang tetap berjalan dan akan menghasilkan emisi karbon selama puluhan tahun ke depan.

Baca juga: Pemerintah Baru Gunakan EBT 15 GW untuk Listrik, Sisanya Didominasi Energi Fosil

Jika seluruh proyek tersebut rampung, maka emisi karbon tahunan yang dihasilkan setara dengan emisi satu negara seperti Austria, menurut analisis tersebut.

Faktor lain yang menghambat peralihan total ke energi terbarukan dalam portofolio luar negeri China adalah turunnya keseluruhan nilai investasi asing langsung negara itu sejak puncaknya pada 2016.

“Pergeseran ini belum menunjukkan lonjakan besar pada energi terbarukan karena skala pembiayaannya masih tergolong kecil,” kata para peneliti.

Hanya 3 gigawatt kapasitas tenaga angin dan surya yang didanai pada 2022 dan 2023. Sebagai perbandingan, rata-rata kapasitas dari total investasi listrik luar negeri Tiongkok pada periode 2013 hingga 2019 mencapai 16 gigawatt.

“Pembiayaan energi global Tiongkok memang semakin mendukung transisi hijau. Tapi, batubara kemungkinan tetap menjadi bagian dari portofolio investasi listrik luar negeri karena proyek-proyek lama masih berjalan,” ujar para peneliti.

Baca juga: Ekonom: Investor Bakal Buru Saham Perdana Perusahaan EBT

Namun, menurutnya, inisiatif seperti Kemitraan Investasi dan Keuangan Hijau (GIFP) yang diumumkan dalam Forum Sabuk dan Jalan 2023 bisa mendorong pembangunan berkelanjutan dan membantu negara-negara berkembang mencapai target energi hijau mereka.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau