Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ambil Untung Tanpa Merugikan, Cara Masyarakat Adat Raja Ampat Hidup Tanpa Tambang

Kompas.com - 08/06/2025, 17:04 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

KOMPAS.com - Leluhur kita melihat bahwa alam dan manusia bukan sesuatu yang terpisahkan. Ada kontrak-kontrak alami yang menekankan manusia untuk menjaga alam tetap lestari. Tugas kita sebagai penjaga, pada akhirnya menghasilkan keuntungan dari alam untuk mempertahankan peradaban.

Namun, peradaban kita mulai berubah ketika mengenal teknologi canggih. Teknologi ini menuntut eksploitasi sumber daya dari pertambangan. Di banyak tempat, tambang seperti batu bara, nikel, minyak, dan masih banyak lagi dibangun untuk memenuhi hasrat kita untuk terlepas dari 'kelekatan' kita pada alam. Alat-alat ciptaan manusia menghasilkan polutan yang mengganggu keseimbangan alam. 

Lambat laun, manusia tidak lagi melihat alam setara dengan dirinya, melainkan objek eksploitasi tanpa memikirkan pentingnya kelestarian. Pada gilirannya, kerusakan alam membawa segudang bencana ekologis yang merusak tatanan alam sekaligus kehidupan manusia.

Tidak jauh dari kerumunan peradaban modern, masyarakat adat mewarisi pengetahuan ekologis dari leluhur. Di Raja Ampat, laut bukan sekadar sumber perikanan, tetapi berperan menentukan jati diri mereka. Beberapa kawasan di laut dilarang dikunjungi karena dianggap sakral dan punya tantangan.

Dalam disertasi tahun 2019 bertajuk "Indigenous Knowledge and Practices for Marine Ecotourism Development in Misool, Raja Ampat, Indonesia", Nurdina Prasetyo mendeskripsikan bahwa kawasan sakral tersebar di beberapa titik sekitar Misool, seperti Yellu, Tomolol, dan Fafanlap.

Ada arwah yang menjaga pohon, sumber mata air, dan beberapa kawasan lainnya di sekitar hutan dan pesisir. Entitas-entitas ini adalah tuan tanah, sehingga manusia harus menghormati hak-hak mereka dengan tidak mengganggu.

Secara normatif, pantangan mengikat tatanan kehidupan masyarakat sebagai aturan tidak tertulis di Raja Ampat. Pantangan bisa melekat pada individu dan marga. Beberapa biota laut, seperti kerang, hiu, lobster, barakuda, dianggap sakral berdasarkan pengalaman spiritual dan anjuran juru spiritual adat sebagai totemisme.

Sasi Raja Ampat

Pengetahuan ekologis masyarakat Raja Ampat yang paling terkenal adalah sasi. Sejarah mencatat, tradisinya telah diadakan periode Kesultanan Tidore pada abad ke-15. Praktiknya tersebar di kawasan masyarakat adat di Maluku, Raja Ampat, dan daerah lainnya di Papua. Tradisi ini jadi pengetahuan masyarakat adat untuk menjaga hubungan harmoni mereka dan alam.

Secara praktik, sasi melibatkan serangkaian pantangan yang harus dipatuhi masyarakat melibatkan praktik, ruang, waktu, dan spesies tertentu untuk tetap terjaga. Masyarakat adat di Misool, seperti di kampung Kapatcol, Aduwei, dan Salafen, melarang kawasan perairan tertentu untuk diambil biotanya. Rentang waktunya beragam, biasanya mulai dari enam bulan hingga satu tahun.

Nelayan masih diperbolehkan untuk menangkap ikan untuk kebutuhan pangan harian. Namun, biota tertentu seperti teripang, lobster, dan kerang, hanya boleh diambil saat sasi dibuka selama beberapa hari.

Ketika pantangan dan larangan sasi dilanggar, diyakini akan ada malapetaka yang mengintai. Bagi individu yang melanggar, penyakit yang sulit disembuhkan akan menerjang dan dikutuk secara adat istiadat. Sementara, menelantarkan sasi bisa menyebabkan pancaroba yang menyulitkan kehidupan masyarakat.

Baca juga: Selamatkan Raja Ampat, Penghentian Tambang Sementara Tak Cukup

Larangan dan pantangan sasi tidak hanya didukung oleh pemuka adat, tetapi juga pemuka agama di gereja dan masjid. Akibatnya, masyarakat punya alasan normatif untuk terlibat dalam perlindungan kawasan sasi dan memastikan tidak ada yang melanggar.

Oleh karena itu, kelompok perempuan Waifuna mengembalikan tradisi sasidi kampungnya, Kapatcol. Sasi, sebenarnya, telah dilaksanakan turun temurun, namun kerap kali gagal dan komitmen masyarakat yang semakin abai.

Setelah mengupayakan sasi dan berkolaborasi dengan pihak LSM konservasi, sasi berhasil diadakan kembali. Hasilnya terbukti membawa kesejahteraan masyarakat, karena hasil panen saat buka sasi punya nilai ekonomi tinggi di pelelangan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau