Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ambil Untung Tanpa Merugikan, Cara Masyarakat Adat Raja Ampat Hidup Tanpa Tambang

Kompas.com - 08/06/2025, 17:04 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

Kisahnya kelompok Waifuna ini menginspirasi kampung-kampung lainnya di Misool untuk menghadirkan kembali sasi, sekaligus upaya konservasi Raja Ampat. Pemerintah Kabupaten Raja Ampat pun, sampai saat ini, terus memetakan kawasan sasi sebagai konservasi berbasis pengetahuan masyarakat tradisional.

Ekologi Raja Ampat di antara pariwisata dan tambang

Praktik tradisional dan keindahan bentang alam Raja Ampat mengundang masyarakat dunia untuk datang berwisata. Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat mencatat ada pelonjakan kunjungan wisatawan sebesar 61 persen pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Kepulauan di ujung kawasan Kepala Burung Papua ini pun mendapat predikat wisata prioritas oleh Kementerian Pariwisata.

Pariwisata memberi keuntungan bagi masyarakat lokal lewat pertukaran pengetahuan dengan wisatawan. Keuntungan lainnya juga berupa pemasukan pada usaha-usaha kecil menengah yang di kelola masyarakat seperti penginapan dan cendera mata.

Sayangnya, pendekatan industri pariwisata ini masih menyisakan dilema ekologis. Beberapa bangunan berdiri untuk memenuhi kepentingan pariwisata, namun mengabaikan aspek kelestarian alamnya. Ada pun, kekayaan tradisional mungkin menjadi tontonan romantisasi, alih-alih mendorong pertukaran lebih mendalam pengetahuan normatif dalam pelestarian lingkungan.

Raja Ampat dengan kekayaan alamnya mulai disasar dengan pendekatan politik ekologis yang tidak berkelanjutan. Setidaknya ada empat perusahaan industri nikel yang beroperasi di pulau-pulau kecil Raja Ampat. Industri ekstraktif ini tidak hanya merusak ekosistem hutan, tetapi juga laut sebagai ruang vital masyarakat.

Akibatnya, segala macam bentuk kerusakan lingkungan mendorong gelombang penolakan dari pelbagai lapisan. Masyarakat menuntut ekokrasi di mana pelibatan masyarakat adat yang menjaga alam sekitarnya dapat terlibat dalam kebijakan-kebijakan lingkungan. (Afkar Aristoteles Mukhaer/National Geographic Indonesia).

Baca juga: Raja Ampat, Jejak Kerusakan Hutan, dan Harapannya

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Pemerintah
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Pemerintah
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
LSM/Figur
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Swasta
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
LSM/Figur
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
Swasta
KG Media Kolaborasi dengan Unilever, Bikin Edukasi Lingkungan Lebih Atraktif
KG Media Kolaborasi dengan Unilever, Bikin Edukasi Lingkungan Lebih Atraktif
Swasta
Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan
Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan
Swasta
36 Atraktor Dipasang di Belitung Timur, Bantu Nelayan Dapat Cumi
36 Atraktor Dipasang di Belitung Timur, Bantu Nelayan Dapat Cumi
Swasta
KLH Akan Cabut Izin Lingkungan 9 Usaha Pemicu Longsor di Puncak
KLH Akan Cabut Izin Lingkungan 9 Usaha Pemicu Longsor di Puncak
Pemerintah
Banjir Masih Akan Hantui Indonesia, Lemahnya Monsun Australia Faktor Cuacanya
Banjir Masih Akan Hantui Indonesia, Lemahnya Monsun Australia Faktor Cuacanya
Pemerintah
KLH: Perusahaan Harus Ikut PROPER, Banyak yang Belum Patuh
KLH: Perusahaan Harus Ikut PROPER, Banyak yang Belum Patuh
Pemerintah
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
LSM/Figur
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
Pemerintah
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau