Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Inovatif dan Murah Serap Emisi Karbon: Pakai Tanah Liat

Kompas.com, 9 Juni 2025, 17:02 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Earth com

KOMPAS.com - Tanah liat yang merupakan salah satu nanomaterial paling umum di Bumi, berpotensi besar untuk membantu mengurangi emisi karbon dioksida di masa depan.

Ilmuwan yang beride menggunakan tanah liat untuk menangkap CO2 dari udara ini berasal dari Purdue University, dan mereka bekerja sama dengan Sandia National Laboratories dalam penelitian ini.

Penelitian ini pun memberikan harapan baru dalam upaya global untuk memerangi krisis iklim dengan menawarkan metode yang berpotensi efektif dan murah untuk menghilangkan CO2 dari atmosfer.

Melansir Earth, Jumat (6/6/2025), tim peneliti dari Purdue University telah mempelajari mineral tanah liat selama lebih 30 tahun.

Baca juga: Laporan PBB: Kembangkan AI, Raksasa Teknologi Picu Lonjakan Emisi 150 Persen

Seiring berjalannya waktu, mereka kemudian berhasil mengungkap detail penting tentang bagaimana partikel-partikel tersebut berperilaku.

"Tanah liat memiliki luas permukaan yang sangat besar, luar biasa luas, meskipun wujud fisiknya terlihat padat dan kecil," kata Cliff Johnston, peneliti utama dari Purdue University.

Luas permukaan yang luar biasa besar pada tanah liat bukan hanya di bagian luar partikelnya, tetapi sebagian besar berada di dalam, di jaringan pori-pori atau rongga-rongga mikroskopis dan nanoskopi yang kompleks.

"Ini adalah hasil penemuan dari puluhan tahun penelitian tim di mana terdapat dua jenis pori-pori internal yang berbeda secara kimiawi yakni polar dan non polar," terang Johnston.

Dari situ peneliti dapat merancang tanah liat yang secara selektif menyerap CO2 ke wilayah non polar sehingga memungkinkan penangkapan CO2 yang efisien dan selektif langsung dari udara.

Baca juga: Eropa Dapat Peringatan, Diminta Pertahankan Target Iklim, Hindari Kredit Karbon Murah

Penelitian ini secara khusus menargetkan smektit, jenis tanah liat alami yang sangat umum dan berukuran nano, karena luas permukaannya yang masif dan ukurannya yang sangat kecil menjadikannya material yang ideal untuk menangkap gas seperti CO2 dari lingkungan.

Sampai saat ini, sebagian besar upaya untuk menangkap karbon dioksida difokuskan pada bahan berteknologi tinggi seperti zeolit, kerangka logam-organik, dan penyerap berbasis amina padat.

Namun, mineral tanah liat sering kali diabaikan. Mineral tersebut tampak terlalu biasa. Studi baru ini mengubah perspektif tersebut.

Sehingga Ini adalah pertama kalinya para peneliti menunjukkan bagaimana mineral tanah liat dapat menyerap karbon dioksida dan uap air pada kondisi yang mendekati apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Implikasi dari penemuan ini menjanjikan. Dengan tanah liat yang melimpah dan murah, tanah liat dapat menawarkan cara yang dapat diskalakan untuk menangkap karbon dioksida dari udara.

Orang dapat menggunakannya untuk mengurangi emisi dari pabrik atau menyimpan karbon dioksida di bawah tanah, menjaganya agar tidak masuk ke atmosfer dalam jangka panjang.

Studi ini dipublikasikan di jurnal The Journal of Physical Chemistry C.

Baca juga: Sampah Karbon Raksasa, Mungkinkah Dihapus?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau