Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Pangkas Panen Global Meski Petani Sudah Beradaptasi

Kompas.com - 20/06/2025, 18:04 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Studi baru yang dipublikasikan di Nature mengungkap bahwa sistem pangan global menghadapi risiko yang semakin besar akibat perubahan iklim, bahkan saat petani berupaya beradaptasi.

Dengan Bumi yang sudah sekitar 1,5 derajat Celsius lebih panas daripada tingkat pra-industri, petani di banyak daerah mengalami musim kemarau yang lebih panjang, gelombang panas yang tidak sesuai musim, dan cuaca yang tidak menentu yang merusak hasil panen.

Pemodelan yang peneliti lakukan memperkirakan, pada tahun 2100, hasil panen global akan turun sebesar 11 persen jika emisi turun drastis hingga nol.

Sementara panen global bisa anjlok hingga 24 persen jika emisi terus meningkat tanpa terkendali.

Dalam jangka pendek, peneliti memperkirakan perubahan iklim akan menurunkan hasil panen global sebesar 8 persen pada tahun 2050. Penurunan itu terlepas dari seberapa banyak emisi naik atau turun dalam beberapa dekade mendatang.

Para peneliti juga memperkirakan bahwa setiap kenaikan suhu global sebesar 1 derajat Celsius secara rata-rata akan menurunkan kemampuan dunia untuk memproduksi pangan sebanyak 120 kalori per orang per hari atau 4,4 persen dari konsumsi harian saat ini.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Baca juga: Bioteknologi Kurangi Emisi Pertanian, Selamatkan 231 Juta Hektar Lahan

"Ketika produksi global turun, konsumen dirugikan karena harga naik dan semakin sulit untuk mengakses pangan dan memberi makan keluarga kita," kata Solomon Hsiang, profesor ilmu sosial lingkungan di Stanford Doerr School of Sustainability dan penulis senior studi tersebut.

"Jika iklim menghangat hingga 3 derajat, itu pada dasarnya seperti semua orang di Bumi tidak sarapan," katanya lagi, dikutip dari Phys, Jumat (20/6/2025).

Itu adalah biaya yang tinggi bagi dunia di mana lebih dari 800 juta orang terkadang tidak makan sehari atau lebih karena akses yang tidak memadai.

Penelitian ini mengacu pada pengamatan dari lebih dari 12.000 wilayah di 55 negara.

Tim peneliti kemudian menganalisis biaya adaptasi dan hasil panen untuk tanaman yang menyediakan dua pertiga kalori manusia yakni gandum, jagung, beras, kedelai, jelai, dan singkong.

Penelitian baru ini adalah yang pertama mengukur secara sistematis seberapa banyak petani menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi. Di banyak wilayah, misalnya, petani mengganti varietas tanaman, menggeser tanggal tanam dan panen, atau mengubah penggunaan pupuk.

Tim peneliti memperkirakan bahwa penyesuaian atau upaya adaptasi dapat mengkompensasi sekitar sepertiga dari kerugian terkait iklim pada tahun 2100, jika emisi gas rumah kaca terus meningkat.

Meskipun ada upaya adaptasi, dampak negatif perubahan iklim terhadap produksi pertanian global tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Sebanyak dua pertiga dari kerugian tersebut masih akan tetap ada.

Baca juga: Lahan Pertanian Mengandung Mikroplastik 23 Kali Lebih Banyak dari Lautan

"Pada tingkat pemanasan mana pun, bahkan ketika memperhitungkan adaptasi, ada kerugian produksi global dari pertanian," kata penulis utama studi Andrew Hultgren.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Pemerintah
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
LSM/Figur
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Pemerintah
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
BUMN
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Swasta
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
LSM/Figur
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau