JAKARTA, KOMPAS.com — Anggrek Biru Raja Ampat membutuhkan perlindungan serius karena terancam punah akibat tekanan pada habitatnya dan perdagangan.
Ahli Konservasi Tumbuhan IPB University, Agus Hikmat, mengatakan bahwa Anggrek biru (Dendrobium azureum Schuit) adalah spesies langka dan endemik yang hanya ditemukan di Cagar Alam Pulau Waigeo, Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Dari sisi botani dan konservasi, anggrek biru memiliki nilai yang sangat tinggi. Namun secara hukum, tanaman ini belum termasuk dalam daftar tumbuhan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Padahal, secara global anggrek biru telah dikategorikan sebagai spesies endangered atau terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List.
“Sebagai spesies endemik dengan status terancam punah, anggrek biru membutuhkan perlindungan serius agar kelangsungan hidupnya tetap terjaga,” ujar Agus sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis di laman IPB University, Jumat (27/6/2025).
Baca juga: Aksi Nyata FKS Food Sejahtera, Konservasi Pohon Langka untuk Lingkungan Berkelanjutan
Agus juga menjelaskan sejumlah faktor yang menyebabkan anggrek biru terancam punah. Deforestasi dan perburuan untuk perdagangan menjadi ancaman utama terhadap kelangsungan tanaman ini.
Meskipun tidak secara langsung merusak habitat anggrek biru dalam jangka pendek, aktivitas pertambangan di kawasan Raja Ampat dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap keberadaan habitatnya.
“Kerusakan yang terjadi di pulau-pulau sekitar akibat pertambangan dapat mengancam habitat anggrek biru di Pulau Waigeo, apalagi dengan pengaruh arus laut yang kuat,” jelasnya.
Karena itu, menurut Agus, kehidupan pertambangan di kawasan Raja Ampat sebaiknya dihindari demi menjaga keanekaragaman hayati yang unik, baik di darat maupun di laut.
Sebagai alternatif, ia mendorong pemanfaatan kekayaan alam Raja Ampat untuk kegiatan ekowisata yang ramah lingkungan.
Baca juga: 5 Jenis Anggrek yang Tidak Mudah Mati, Cocok untuk Pemula
“Pemanfaatan kawasan Raja Ampat sebaiknya diarahkan untuk kegiatan wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan demikian, kekayaan alam tersebut dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat dalam jangka panjang.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya