Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan

Kompas.com, 8 Juli 2025, 14:05 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini masih menghadapi tantangan serius di ibu kota.

Dari sekitar 5.000 sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA di Jakarta, baru 370 sekolah yang masuk dalam kategori Sekolah Adiwiyata, sebuah program yang mendorong penerapan perilaku ramah lingkungan di lingkungan pendidikan.

“Perjalanan kami masih panjang untuk membuat lebih banyak sekolah peduli terhadap lingkungan,” kata Ketua Sub Kelompok Pemberdayaan Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Susi Andriani, dalam acara Kick-Off Program Akademi Sekolah Lestari (ASRI): Bersemi Generasi Lestari, Senin (7/7/2025).

Sekolah Adiwiyata adalah program yang bertujuan membentuk budaya peduli lingkungan di lingkungan sekolah. Dalam praktiknya, sekolah yang tergabung di dalam program ini menciptakan ruang belajar yang sehat, bersih, dan melibatkan seluruh warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan.

Baca juga: Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah

Susi menjelaskan, setidaknya ada enam aspek lingkungan yang harus dipelihara dan dikembangkan oleh sekolah yang ingin menjadi bagian dari program Adiwiyata.

“Pertama, pemeliharaan kebersihan. Kedua, sanitasi dan drainase. Ketiga, pengelolaan sampah. Keempat, pemeliharaan pohon. Kelima, konservasi energi,” ujarnya.

Aspek keenam adalah inovasi, baik dari siswa maupun guru, yang mendukung upaya pelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Inovasi-inovasi ini bisa berupa ide pengelolaan sampah yang lebih efektif di sekolah, atau penggunaan teknologi sederhana yang memperkuat praktik ramah lingkungan.

“Harapannya, penerapan aspek-aspek penjagaan lingkungan di sekolah ini dapat menjadi kebiasaan yang diterapkan oleh anak-anak hingga pulang ke rumah,” tambah Susi.

Menurutnya, kesinambungan antara sekolah dan rumah menjadi penting dalam membangun pola hidup berkelanjutan.

Dinas Lingkungan Hidup pun mengembangkan program serupa di tingkat masyarakat, yaitu RW Proklim (Program Kampung Iklim). Program ini menekankan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup, mulai dari sampah, penghijauan, hingga adaptasi terhadap perubahan iklim.

“Saat ini di Jakarta ada sekitar 244 lokasi yang telah menjalankan RW Proklim,” ujar Susi.

Baca juga: Melihat Desa Wisata Samtama, Warga Kelola Sampah hingga Tanam Pohon di Gang Sempit

Susi mengatakan bahwa program Adiwiyata dan RW Proklim didesain untuk saling menguatkan dan mendorong perubahan perilaku secara berkesinambungan antara ruang publik dan domestik.

“Adanya sekolah Adiwiyata dapat memberikan dampak baik pada lingkungan. Sebaliknya, RW Proklim dapat mendorong sekolah-sekolah menjadi Adiwiyata karena anak-anak membawa kebiasaan baik dari rumah ke sekolah,” jelasnya.

Namun, Susi mengakui, implementasi kedua program tersebut tidak selalu mulus. Salah satu tantangan utama adalah dalam pengelolaan dan pengurangan sampah.

Meskipun sudah ada regulasi berupa Undang-Undang Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah di tingkat Rukun Warga, praktik di lapangan belum sepenuhnya sesuai harapan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Pemerintah
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
LSM/Figur
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Swasta
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Pemerintah
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau