Namun, riset yang dilakukan oleh Charles PH Simanjuntak dari IPB University terkait distribusi ichthyoplankton di perairan barat Sumatra berpotensi mengungkap lokasi-lokasi tersebut untuk beberapa komoditas ikan pelagis penting. Hasil analisisnya masih ditunggu dalam beberapa bulan mendatang.
Lebih jauh, Rian mengatakan bahwa eksplorasi sweeping dengan menggunakan teknologi ROV (Remotely Operated Vehicle) pada kedalaman 60 hingga 5.000 meter, melintasi zona mesofotik hingga batipelagik sepanjang 26,25 kilometer, telah mendeteksi sebanyak 26.245 individu biota nekton dan bentik.
Namun, proses identifikasinya mengalami kendala, terutama karena kompleksitas morfologi spesies laut dalam dan keterbatasan referensi taksonomi spesifik untuk wilayah WPP 572. Sebagian besar footage yang diperoleh juga menampilkan gambar biota yang belum sepenuhnya jelas.
Hingga saat ini, Rian menyebut, seluruh footage telah melalui proses identifikasi awal, tetapi baru mencapai level filum atau kelas. Untuk mencapai taksonomi yang lebih rinci seperti genus atau spesies, diperlukan waktu, bantuan tenaga ahli, dan referensi pustaka tambahan.
Baca juga: Pertemuan Langka Dua Pari Manta, Panggilan Konservasi Laut Raja Ampat
Rangkaian riset ini masih terus berlangsung. Hasil akhirnya diharapkan dapat memperkuat basis data biodiversitas laut dalam Indonesia serta mendukung target pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan atau Marine Protected Area (MPA) berbasis ekosistem.
Temuan awal ini bukan hanya memperluas pemahaman tentang kekayaan laut dalam Indonesia, tetapi juga menegaskan pentingnya pendekatan riset yang berkelanjutan untuk menjaga masa depan laut Indonesia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya