Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenhut Sebut 8.594 Hutan dan Lahan Kebakaran, Mayoritas Disebabkan Manusia

Kompas.com, 24 Juli 2025, 08:14 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyebutkan luas kebakaran lahan dan hutan atau karhutla di Indonesia mencapai 8.594 hektare pada Januari-Juli 2025.

Sekretaris Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan Kemenhut, Lukita Awang, mengatakan ada 854 titik panas atau hotspot tercatat di periode tersebut. Mayoritas karhutla terjadi di Nusa Tenggara Timur (1.424 ha), Kalimantan Barat (1.149 ha), serta Riau (751 ha).

"Memang titik kebakaran dimulai pada Juli sampai November. Untuk itu tim kami, bahkan Kepala Balai Pengendalian Kebakaran berusaha untuk tim agar ada di lapangan," ujar Lukita dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (23/7/2025).

Berdasarkan jenis tanah, 80,15 persen lahan yang terbakar adalah gambut dan sisanya lahan mineral. Sedangkan berdasarkan jenis tutupan lahan, 93,93 persen terjadi di area non hutan dan 6,07 persen kawasan hutan.

Baca juga: Api Membakar Sumatera, Fakta-fakta Terbaru Karhutla 2025

Lukita menuturkan bahwa pihaknya melakukan pencegahan dengan memonitor lokasi yang paling berisiko.

"Kami juga melakukan Operasi Modifikasi Cuaca. Pada kunjungan Wamen Senin kemarin, kami melakukan OMC bersama BNPB di Riau, Pekanbaru, Siak, Tenggales dan kemarin malam kami memonitor sudah terjadi hujan," ucap dia.

Dalam operasi ini, 12.600 kilogram garam (NaCl) telah disemai pada awan berpotensi hujan di Riau, Jambi 16.900 kg NaCl dan Sumatera Selatan sebanyak 4.800 kg NaCl.

Sementara itu, Kepala Subdit Penanggulangan Kebakaran Hutan Kemenhut, Israr Albar, menjelaskan faktor manusia mendominasi penyebab kebakaran hutan dan lahan. Hal ini diperparah dengan melonjaknya jumlah titik panas, cuaca, dan musim kemarau.

"Saya kira untuk negara-negara tropis di Asean, penyebab utamanya (karhutla) adalah dari faktor manusia," tutur Israr.

Selain itu, kondisi iklim juga menjadi pemicu utama. Isra mengungkapkan, wilayah Indonesia tidak sedang mengalami El Nino, penyebab kekeringan akibat berkurangnya curah hujan.

Menurut Badan, Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam posisi netral, atau di bawah angka 0,5.

Baca juga: BRIN Klaim Pemanfaatan Satelit Turunkan 30,8 Persen Luas Area Karhutla

"Tahun ini kalau kami lihat ada dua indikator, apakah itu ENSO ataupun IOD, ini masih di bawah 0,5 jadi masih netral,” kata Israr.

Adapun Kemenhut menyiagakan 998 personrl Manggala Agni yang tersebar di 17 daerah operasional (Daops) dan 12 pondok kerja. Israr menyatakan, di Riau disiapkan empat Daops Manggala Agni di antaranya Daops Dumai dengan 62 personel, Daops Pekanbaru 44 personel, Daops Rengat 61 personel, dan Daops Siak 61 personel.

Guna mendukung operasi pemadaman darat di Rokan Hilir, pihaknya mengerahkan delapan regu Manggala Agni yang setara dengan 120 personel. Lalu, lima regu dari Riau dan tiga didatangkan dari Jambi dan Sumatera Selatan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau