JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyebutkan luas kebakaran lahan dan hutan atau karhutla di Indonesia mencapai 8.594 hektare pada Januari-Juli 2025.
Sekretaris Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan Kemenhut, Lukita Awang, mengatakan ada 854 titik panas atau hotspot tercatat di periode tersebut. Mayoritas karhutla terjadi di Nusa Tenggara Timur (1.424 ha), Kalimantan Barat (1.149 ha), serta Riau (751 ha).
"Memang titik kebakaran dimulai pada Juli sampai November. Untuk itu tim kami, bahkan Kepala Balai Pengendalian Kebakaran berusaha untuk tim agar ada di lapangan," ujar Lukita dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (23/7/2025).
Berdasarkan jenis tanah, 80,15 persen lahan yang terbakar adalah gambut dan sisanya lahan mineral. Sedangkan berdasarkan jenis tutupan lahan, 93,93 persen terjadi di area non hutan dan 6,07 persen kawasan hutan.
Baca juga: Api Membakar Sumatera, Fakta-fakta Terbaru Karhutla 2025
Lukita menuturkan bahwa pihaknya melakukan pencegahan dengan memonitor lokasi yang paling berisiko.
"Kami juga melakukan Operasi Modifikasi Cuaca. Pada kunjungan Wamen Senin kemarin, kami melakukan OMC bersama BNPB di Riau, Pekanbaru, Siak, Tenggales dan kemarin malam kami memonitor sudah terjadi hujan," ucap dia.
Dalam operasi ini, 12.600 kilogram garam (NaCl) telah disemai pada awan berpotensi hujan di Riau, Jambi 16.900 kg NaCl dan Sumatera Selatan sebanyak 4.800 kg NaCl.
Sementara itu, Kepala Subdit Penanggulangan Kebakaran Hutan Kemenhut, Israr Albar, menjelaskan faktor manusia mendominasi penyebab kebakaran hutan dan lahan. Hal ini diperparah dengan melonjaknya jumlah titik panas, cuaca, dan musim kemarau.
"Saya kira untuk negara-negara tropis di Asean, penyebab utamanya (karhutla) adalah dari faktor manusia," tutur Israr.
Selain itu, kondisi iklim juga menjadi pemicu utama. Isra mengungkapkan, wilayah Indonesia tidak sedang mengalami El Nino, penyebab kekeringan akibat berkurangnya curah hujan.
Menurut Badan, Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam posisi netral, atau di bawah angka 0,5.
Baca juga: BRIN Klaim Pemanfaatan Satelit Turunkan 30,8 Persen Luas Area Karhutla
"Tahun ini kalau kami lihat ada dua indikator, apakah itu ENSO ataupun IOD, ini masih di bawah 0,5 jadi masih netral,” kata Israr.
Adapun Kemenhut menyiagakan 998 personrl Manggala Agni yang tersebar di 17 daerah operasional (Daops) dan 12 pondok kerja. Israr menyatakan, di Riau disiapkan empat Daops Manggala Agni di antaranya Daops Dumai dengan 62 personel, Daops Pekanbaru 44 personel, Daops Rengat 61 personel, dan Daops Siak 61 personel.
Guna mendukung operasi pemadaman darat di Rokan Hilir, pihaknya mengerahkan delapan regu Manggala Agni yang setara dengan 120 personel. Lalu, lima regu dari Riau dan tiga didatangkan dari Jambi dan Sumatera Selatan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya