Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Pengisi Daya Cepat EV Ternyata Sumber Polusi Tak Terduga

Kompas.com, 25 Juli 2025, 19:33 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber UCLA

KOMPAS.com-Studi terbaru dari University of California, di Los Angeles (UCLA) menunjukkan bahwa lokasi pengisian daya cepat mobil listrik ternyata merupakan sumber polusi.

Para ilmuwan menemukan bahwa udara di sekitar pengisi daya cepat kendaraan listrik memiliki sekitar dua kali lipat jumlah partikel halus (fine particulate matter) dibandingkan dengan tingkat polusi di perkotaan pada umumnya.

Temuan didapat setelah peneliti membandingkan 50 stasiun pengujian cepat dengan tingkat polusi partikel halus (PM 2.5) di berbagai lokasi di Los Angeles.

Hasilnya, udara di sekitar pengisi daya cepat kendaraan listrik ternyata memiliki rata-rata PM 2.5 yang lebih tinggi dibandingkan area perkotaan umum atau bahkan lokasi lalu lintas padat dan SPBU.

Baca juga: Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV

Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi pengemudi kendaraan listrik ketika mengisi daya mobil di pengisi daya cepat karena berpotensi terpapar tingkat partikel berbahaya yang lebih tinggi.

Kendati demikian, peneliti mengungkapkan meski polusi partikel halus di sekitar pengisi daya cepat kendaraan listrik memang berbahaya, tapi lokasinya terbatas dan bisa dihindari.

"Polusi partikel di sekitar stasiun pengisian cepat kendaraan listrik memang tinggi, terutama tepat di dekat kabinet dayanya. Namun kabar baiknya adalah tingkat polusi ini cepat menurun seiring jarak," papar Profesor Yifang Zhu dari ilmu kesehatan lingkungan di Fielding School of Public Health, UCLA.

"Hanya beberapa meter dari pengisi daya, konsentrasi polutan sudah berkurang drastis dan beberapa ratus meter jauhnya, tingkat polusi sudah kembali normal seperti dilingkungan sekitar," tambahnya.

Para pengemudi pun dapat mengurangi paparan mereka dengan berada di dalam mobil mereka sambil menyalakan sistem pendingin udara, atau dengan pergi ke dalam ruangan atau ke ruang terbuka terdekat.

Baca juga: Pertamina NRE Targetkan Produksi Baterai EV pada 2026

Para ilmuwan juga menduga polusi ini bukan dari charger-nya langsung, melainkan dari debu lalu lintas yang beterbangan akibat kipas pendingin di dalam kabinet daya.

Sehingga solusinya, menurut Profesor Zhu mungkin cukup dengan sedikit modifikasi teknis pada kabinet daya tersebut.

"Emisi yang tidak disengaja oleh pengisi daya cepat ini harus ditangani, misalnya dengan menambahkan filter udara untuk mencegah redistribusi partikel halus,” ungkap Zhu, dikutip dari laman resmi UCLA, Kamis (3/7/2025).

Meskipun ada masalah emisi kecil dari pengisi daya cepat, EV tetap jauh lebih baik daripada kendaraan bensin karena membantu membersihkan udara secara keseluruhan.

sumber https://newsroom.ucla.edu/stories/ev-fast-chargers-pollutant-hot-spots-degrees

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
Pemerintah
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Pemerintah
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
LSM/Figur
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau