Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim Ganggu Musim Puncak Pariwisata di Turki

Kompas.com, 22 Agustus 2025, 11:57 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

 

Jakarta, Kompas.com - Turki memproyeksikan pendapatan pariwisata akan mencapai 64 miliar dolar AS pada 2025.

Menteri Pariwisata Turki, Mehmet Nuri Ersoy mengatakan, pada paruh pertama tahun 2025 saja, sebanyak 26,4 juta wisatawan mancanegara berkunjung, dengan pendapatan pariwisata naik 7,6 persen menjadi 25,8 miliar dolar AS.

Di tahun 2024, Turki menerima 52,6 juta wisatawan mancanegara, dengan pendapatan pariwisata sebesar 61,1 miliar dolar AS.

Namun, di balik pencapaian tersebut, terdapat tantangan krisis iklim yang berpotensi membentuk ulang arus pengunjung selama beberapa dekade mendatang.

Badan Meteorologi Turki melaporkan, Juli 2025 merupakan bulan terpanas dalam 55 tahun terakhir, dengan suhu rata-rata nasional 26,9 derajat Celsius atau 1,9 derajat lebih tinggi dari rata-rata tahun 1991-2020.

Di beberapa wilayah tenggara dan pesisir Mediterania, suhu tertinggi harian melebihi 45 derajat.

"Ini bukan lagi sekadar anomali cuaca; ini bagian dari tren jangka panjang," ujar pakar perubahan iklim dari Universitas Hacettepe, Cagatay Tavsanoglu, dilansir dari Xinhua.

Tavsanoglu menilai, kemungkinan akan terjadi perubahan defisini musim puncak pariwisata di Turki.

"Destinasi wisata Mediterania seperti Antalya dan Mugla mungkin akan membuat pengunjung menghindari bulan-bulan musim panas terpanas dan lebih memilih musim-musim sepi," ucapnya.

Lokasi pariwisata populer seperti Pantai Mediterania dan Aegea sangat rentan terhadap meningkatnya suhu permukaan laut, tekanan panas, serta kebakaran hutan.

Menurut Tavsanoglu, suhu panas yang memecahkan rekor pada bulan Juli 2025 merupakan peringatan sekaligus pemicu. Sektor pariwisata Turki dihadapkan pada pilihan antara merespons setiap gelombang panas secara bertahap atau merencanakan secara strategis untuk masa depan yang lebih hangat dan kering.

Di sisi lain, industri pariwisata Turki sudah mengubah strateginya.

"Resor-resor pesisir mempromosikan April, Mei, September, dan Oktober sebagai alternatif di luar puncak musim panas. Kami juga melihat lebih banyak investasi di bidang pariwisata pegunungan dan dataran tinggi di Laut Hitam, di mana suhu yang lebih dingin menawarkan keuntungan alami," tutur profesional pariwisata dan eksekutif asosiasi hotel, Murat Toktas.

Krisis iklim telah memaksa industri pariwisata Turki untuk berinvestasi dalam teknologi hemat air dan energi terbarukan agar bisa mempertahankan perkembangannya. Permintaan air pada musim puncak pariwisata di banyak kota pesisir sudah melebihi kapasitas.

"Iklim yang lebih panas dan kering akan memperparah hal ini," ucapnya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau