KOMPAS.com - Kebakaran hutan yang melanda Uni Eropa telah membakar lebih dari 1 juta hektare tahun ini, menjadikan tahun 2025 sebagai tahun terburuk dalam sejarah. Rekor ini pecah sebulan penuh sebelum musim kebakaran berakhir.
Berdasarkan data resmi yang masih akan terus diperbaharui, kebakaran di UE telah melahap lahan seluas empat kali lipat dibandingkan rata-rata periode yang sama selama dua dekade terakhir.
Melansir Guardian, Jumat (22/8/2025) data dari European Forest Fire Information System (Effis) sejak tahun 2003, area yang terbakar tahun ini mencapai 1.015.024 hektare, memecahkan rekor 2017 seluas 988.544 hektare.
Padahal cuaca berisiko tinggi pemicu kebakaran masih akan berlangsung selama beberapa minggu. Kebakaran yang merusak ini juga telah melepaskan 37 juta ton karbon dioksida.
Baca juga: Dampak Jangka Panjang Kebakaran Hutan: Cemari Perairan Hingga 10 Tahun
Selain itu, kebakaran ini juga memecahkan rekor untuk sembilan polutan udara lainnya pada periode yang sama, termasuk partikel halus yang dikenal sebagai PM2.5.
Para ahli mengatakan bahwa PM2.5 membuat kebakaran hutan jauh lebih mematikan dari yang diperkirakan sebelumnya.
Cristina Santín Nuño, seorang ilmuwan kebakaran di Dewan Riset Nasional Spanyol, mengatakan bahwa "kondisi sempurna" untuk kebakaran hutan yang besar dan berbahaya semakin sering terjadi karena perubahan iklim dan cara manusia menggunakan lahan.
"Ini menyedihkan dan menakutkan tapi sebenarnya tidak mengejutkan," katanya.
Kebakaran hutan melalap sebagian besar wilayah Eropa selatan bulan ini, saat gelombang panas mendorong suhu hingga di atas 40 derajat C di sebagian besar Mediterania dan Balkan.
Periode panas yang terik dan berkepanjangan ini mengeringkan vegetasi yang tumbuh subur setelah musim semi yang basah di negara-negara seperti Spanyol dan Portugal, sehingga memungkinkan api membakar dengan suhu lebih tinggi dan menyebar lebih luas.
"Gelombang panas yang terkonsentrasi meningkatkan kemampuan atmosfer untuk mengeringkan rumput dan herba serta bahan bakar lainnya," ujar Victor Resco de Dios, seorang insinyur kehutanan di University of Lleida.
"Kondisi ini dibarengi oleh kondisi atmosfer yang sangat tidak stabil, yang berujung pada terjadinya badai api," tambahnya.
Meskipun tercatat telah menewaskan lebih dari belasan orang, para ilmuwan memperkirakan jumlah kematian yang tidak terhitung jauh lebih besar.
Awan asap tebal bisa merusak paru-paru dengan gas dan partikel beracun yang sangat kecil, bahkan bisa masuk ke aliran darah.
Sebuah studi yang diterbitkan di The Lancet pada Desember lalu menyebut bahwa asap kebakaran hutan adalah penyebab 111.000 kematian setiap tahun di Eropa, termasuk Rusia, dari tahun 2000 hingga 2019.
Baca juga: 1 Miliar Orang Terpapar Asap Kebakaran Hutan Tiap Tahun
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya