Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karhutla Landa Sumatera dan NTB, Api Hanguskan 177 Hektare Lahan

Kompas.com, 27 Agustus 2025, 08:51 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda sejumlah wilayah di Sumatera dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Mengutip Antara, Selasa (26/8/2025), Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyampaikan bahwa api melahap 72 hektare (ha) lahan di Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan.

Kepala Pelaksana BPBA, T Nara Setia, memastikan tim gabungan terus berupaya memadamkan api.

"Hingga hari ketujuh lahan yang terbakar di Aceh Selatan lebih kurang sudah 72 hektare, dan yang berhasil dipadamkan sekitar 45 persen," ungkap Nara dalam keterangannya.

Menurut dia, tim pemadaman karhutla antara lain Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, Damkar Aceh Selatan, Camat Bakongan, TNI/Polri, TNGL Resort Bakongan, serta masyarakat.

Baca juga: Menhut: Angka Karhutla Turun, Presiden Targetkan Nol Kasus

Selain itu, Balai Pengendalian Kebakaran Hutan Wilayah Sumatera Kementerian Kehutanan mengerahkan satu Manggala Agni yakni dari Daerah Operasi Sumatera I/Sibolangit.

"Untuk sarana prasarana yang digunakan yaitu dua unit kendaraan roda dua trail, satu unit roda empat, unit mesin waterax, mesin pompa apung, mesin pompa portable BPBD, dan satu unit mesin waterax TNGL," papar Nara.

Peristiwa serupa terjadi di kawasan Savana Peropok Bukit Gedong, Desa Bebidas, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) memperkirakan kebakaran lahan mencapai 70 ha.

"Perkiraan luas area terbakar sekitar 70 hektare," ucap Kepala Balai TNGR NTB, Yarman.

Sementara ini, petugas telah memastikan api padam sepenuhnya disertai pemantauan lapangan untuk mengantisipasi potensi titik api baru. Yarman menjelaskan, kebakaran hutan pertama kali terdeteksi pada pukul 13.00 WITA oleh pengunjung di kawasan wisata non-pendakian Bukit Gedong, Kamis (21/8/2025).

Tim gabungan dari Balai TNGR, Masyarakat Peduli Api (MPA), dan kelompok masyarakat pengelola Savana Peropok Bukit Gedong dengan total 23 personel lantas berupaya memadamkan api.

"Begitu mendapatkan informasi, petugas gabungan langsung melakukan penanganan untuk memadamkan api," ujar dia.

Baca juga: Karhutla 2025 Perparah Krisis Iklim dan Membuat Cuaca Makin Panas

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan mencatat lahan seluas 30 ha terbakar selama musim kemarau 2025. Kepala BPBD OKU, Januar Efendi, menyebutkan karhutla lahan gambut mayoritas karhutla disebabkan masyarakat yang membuang puntung rokok pada area mudah terbakar.

Terakhir kali, karhutla terjadi di kawasan Perumahan Talang Kibang, Kelurahan Batukuning, Kecamatan Baturaja Barat, Sabtu (23/8/2025) dengan luas lahan yang terbakar 2.500 meter persegi.

"Beruntung api cepat dipadamkan oleh tim satgas di lapangan hingga tidak merambat ke permukiman warga di sekitar lokasi kejadian," tutur Januar.

Di sisi lain, api juga menghanguskan 5 ha lahan di Kabupaten Nagan Raya Aceh, Aceh. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, berkata dua unit mesin pompa portable dikerahkan dalam insiden tersebut. BNPB pun berhasil memadamkan si jago merah.

"Situasi terkini sebagian titik api berhasil dipadamkan. Tim gabungan masih bertahan di lokasi untuk melanjutkan upaya pemadaman dan pendinginan agar api tidak kembali meluas," jelas Abdul.

Adapun pemerintah menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di enam provinsi rawan kebakaran. Sejak Juli-Agustus OMC memicu hujan dengan tingkat keberhasilan 85-100 persen, menyumbang lebih dari 586,1 juta meter kubik air hujan untuk membasahi lahan. Air ini diharapkan mampu menekan potensi kebakaran sekaligus menjaga kelembapan tanah di titik-titik kritis.

Baca juga: Studi: Kematian akibat Karhutla 93 Persen Lebih Tinggi dari Perkiraan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau