Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DLH Jakarta Pastikan Asap RDF Rorotan Penuhi Baku Mutu Emisi

Kompas.com, 23 September 2025, 19:31 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Unit Pengelolaan Sampah Terpadu (UPST) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Agung Pujo Winarko, memastikan asap hasil proses refuse derived fuel atau RDF telah memenuhi baku mutu emisi. Hal ini disampaikannya, merespons kekhawatiran warga terkait asap dari cerobong RDF Plant Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara.

"Pengujian pun dari laboratorium yang terakreditasi. Kami pakai lab luar, ketika dilakukan uji, ini memenuhi (baku mutu emisi)," ungkap Agung di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Selasa (23/9/2025).

DLH DKI Jakarta menggandeng akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait pengendalian kualitas udara di lokasi pengelolaan sampah tersebut.

Baca juga: Menteri LH: Krisis Pengelolaan Sampah Picu Banjir Parah di Bali

Pihaknya mengendalikan bau dengan menambah tiga set deodorizer lengkap dengan blower, advanced oxidation process (AOP), ozonisasi dan sinar ultraviolet, reaktor scrubber, hingga filter karbon aktif untuk menyisihkan serta menetralkan gas penyebab bau. Dengan begitu RDF Rorotan dapat beroperasi dengan aman tanpa mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar.

"Kami akan menaruh alat pemantau secara online dan real time dipasang di ujung cerobongnya. Kita sama-sama melihat parameter dari gas buang yang dihasilkan, warga juga bisa kontrol bareng kami," tutur Agung.

"Untuk asap sendiri, harapannya dengan adanya mesin ini bisa mengurangi sampai kurang lebih 80 persen asapnya," imbuh dia.

Sebelum dioperasionalkan secara bertahap, RDF Rorotan akan mengelola sampah dari 100 ton hingga 2.500 ton per hari.

"Kami sudah melakukan uji coba lagi, tetapi menggunakan sampah kering. Kami punya TPS3R, dari sana sampah kering kami uji dan sampahnya tidak bau," ucap dia.

Sementara itu, Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengakui kekurangan pada tahap awal pengoperasian fasilitas RDF Rorotan yang sempat memicu keluhan warga akibat bau dan asap. Menurutnya, bau yang muncul pada uji coba sebelumnya merupakan dampak dari keterbatasan sistem.

Kini, pihaknya telah memasang teknologi untuk meredam bau ke permukiman.

Baca juga: Ahli ITB: RDF Rorotan Aman, Masyarakat Jangan Khawatir

"Itu semua kami perbaiki, sehingga memang apa yang sudah kami perbaiki, apa yang sudah kami peningkatan dari equipment harus dipahami oleh masyarakat. Jadi jangan melihat kondisi lalu tanpa mau melihat apa yang kami lakukan perbaikan-perbaikannya," papar Asep.

DLH mencatat, 7.000-8.000 sampah dari Jakarta masuk ke TPST Bantargebang setiap harinya. Menyebabkan daya dukung dan daya tampung TPST itu kian terbatas.

Nantinya, RDF Rorotan bakal mengelola sampah dengan kapasitas 2.500 ton per hari yang otomatis memangkas sepertiga sampah Jakarta di Bantargebang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau