Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Bumi Makin Panas, Bandara Makin Bising

Kompas.com, 24 September 2025, 17:03 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Udara yang lebih hangat akibat perubahan iklim cenderung akan membuat pesawat yang lepas landas menghasilkan polusi suara yang lebih banyak di sekitar bandara-bandara pada tahun 2050.

Hal tersebut terungkap setelah para ilmuwan dari University of Reading meneliti bagaimana peningkatan suhu udara memengaruhi cara pesawat lepas landas di bandara Eropa.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Aerospace ini mempelajari tiga skenario masa depan yang mungkin terjadi, berdasarkan seberapa banyak polusi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia.

Peneliti menyebut udara yang lebih hangat memiliki kepadatan yang lebih rendah, sehingga mengurangi daya angkat (lift) dan membuat pesawat tetap berada lebih dekat ke darat untuk waktu yang lebih lama setelah lepas landas sehingga membuat suara mesinnya terdengar lebih lama dan lebih keras bagi orang-orang di area sekitar bandara.

Baca juga: Dukung Penerbangan Ramah Lingkungan, UE Gelontorkan 4,3 Juta Dollar AS

Tak heran jika peneliti kemudian mencatat bahwa pada pertengahan abad ini, penduduk yang tinggal di dekat bandara mungkin akan terpengaruh oleh polusi suara pesawat yang lebih banyak.

Melansir Techxplore, Selasa (23/9/2025) penelitian ini memproyeksikan tingkat kebisingan di 30 bandara di Eropa menggunakan sepuluh model iklim.

Tim peneliti berfokus pada tingkat kebisingan 50 desibel, yang merupakan batas di mana suara pesawat menjadi lebih mengganggu bagi warga yang tinggal di sekitarnya.

Mereka meneliti bagaimana sudut mendaki dari pesawat Airbus A320 yang umum digunakan untuk penerbangan jarak pendek di Eropa memengaruhi batas kebisingan ini seiring dengan perubahan iklim.

Sudut mendaki pesawat adalah sudut yang terbentuk antara jalur penerbangan pesawat yang sedang menanjak ketika lepas landas atau naik ke ketinggian dengan permukaan horizontal di bawahnya.

Salah satu hasilnya, misalnya saja, di pusat kota London, saat ini sekitar 60.000 orang tinggal di dalam batas kebisingan 50 dB yang dihasilkan oleh pesawat A320 pada umumnya.

Perubahan iklim lokal dan kepadatan penduduk bisa menyebabkan sekitar 2.500 orang tambahan masuk ke dalam batas kebisingan ini.

Baca juga: Staf Maskapai Dunia Desak Industri Penerbangan Percepat Aksi Iklim

"Dan selama tiga ke depan, ribuan orang tambahan di London bisa terganggu oleh polusi suara yang disebabkan oleh perubahan iklim. Masalah ini juga semakin buruk dengan jenis suara yang berbeda. Kebisingan frekuensi rendah, yang menjalar lebih jauh, akan meningkat paling pesat. Suara-suara yang lebih berat ini sangat mengganggu telinga manusia dan bisa menyebabkan stres serta masalah tidur," terang Dr. Jonny Williams, penulis utama dari University of Reading.

Tanpa tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, kenaikan suhu akan membuat masalah kebisingan bandara semakin sulit dikelola, meskipun teknologi mesin pesawat terus berkembang.

"Selain peningkatan turbulensi dan banjir bandara yang lebih sering, kini kita dapat menambahkan penerbangan yang lebih bising ke dalam daftar cara perubahan iklim memengaruhi industri penerbangan, dengan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi mereka yang tinggal di dekat bandara dan terkena dampak kebisingan," tambah Profesor Paul Williams, dari University of Reading, yang juga terlibat dalam studi.

Baca juga: AI, Iklim, dan Geopolitik Jadi Pilar Penentu Masa Depan Ekonomi Indonesia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Agroforestri Karet di Kalimantan Barat Kian Tergerus karena Konversi Sawit
Agroforestri Karet di Kalimantan Barat Kian Tergerus karena Konversi Sawit
LSM/Figur
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Pemerintah
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
LSM/Figur
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Swasta
Menunda Net Zero Picu Gelombang Panas Ekstrem, Wilayah Dekat Khatulistiwa Paling Terdampak
Menunda Net Zero Picu Gelombang Panas Ekstrem, Wilayah Dekat Khatulistiwa Paling Terdampak
LSM/Figur
Guru Besar IPB Sebut Kebun Sawit di Sumatera Bisa Jadi Hutan Kembali
Guru Besar IPB Sebut Kebun Sawit di Sumatera Bisa Jadi Hutan Kembali
Pemerintah
Banjir Sumatera Jadi Pelajaran, Kalimantan Utara Siapkan Regulasi Cegah Ekspansi Sawit
Banjir Sumatera Jadi Pelajaran, Kalimantan Utara Siapkan Regulasi Cegah Ekspansi Sawit
Pemerintah
Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini
Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini
Pemerintah
Implementasi B10 Hemat Rp 100 T Per Tahun, Ini Strategi Pertamina agar Pasokan Stabil
Implementasi B10 Hemat Rp 100 T Per Tahun, Ini Strategi Pertamina agar Pasokan Stabil
BUMN
Genjot Pengumpulan Botol Plastik PET, Coca-Cola Indonesia Luncurkan Program “Recycle Me” 2025
Genjot Pengumpulan Botol Plastik PET, Coca-Cola Indonesia Luncurkan Program “Recycle Me” 2025
Swasta
KLH Janji Tindak Tegas Perusahaan yang Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Janji Tindak Tegas Perusahaan yang Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
27 Harimau Sumatera Terdeteksi di Leuser, Harapan Baru untuk Konservasi
27 Harimau Sumatera Terdeteksi di Leuser, Harapan Baru untuk Konservasi
LSM/Figur
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Swasta
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
LSM/Figur
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau