"Masalah ini sangat kurang dipelajari saat kita terus membangun data center, dan tidak ada informasi yang memadai tentang dampak jangka panjangnya," paparnya lagi yang juga memantau penggunaan PFAS di data center.
Para aktivis lingkungan berpendapat bahwa pusat data meningkatkan polusi PFAS melalui dua jalur.
Pertama, PFAS diperlukan untuk operasional pusat data misalnya pada sistem pendingin, yang hampir pasti menimbulkan pencemaran di lokasi tersebut.
Baca juga: Ide Pusat Data Masa Depan: Di Laut, Pakai Energi Angin, Hemat Listrik
Kedua, PFAS yang ada pada perangkat di pusat data harus dikelola limbahnya. Ini menjadi masalah karena zat kimia ini tidak dapat dihilangkan sepenuhnya dari lingkungan.
Selain itu, sejumlah besar PFAS dipakai dalam proses manufaktur semikonduktor untuk data center, sehingga memperparah polusi di lokasi pabrik-pabrik produksi komponen tersebut.
Industri pusat data berargumen bahwa f-gas yang bocor tidak berbahaya karena akan terurai di udara menjadi senyawa yang dikenal sebagai Trifluoroacetic acid (TFA).
Riset terkini menunjukkan TFA jauh lebih toksik dari perkiraan awal, dan berpotensi mengganggu sistem reproduksi manusia layaknya zat PFAS lainnya.
Sementara itu menurut dokumen industri, setiap peralatan atau limbah PFAS yang sengaja dikeluarkan dari pusat data akan berakhir di tempat pembuangan akhir, di mana ia dapat mencemari perairan lokal, atau dibakar.
Namun, pembakaran tidak sepenuhnya menghancurkan senyawa PFAS tapi hanya memecahnya menjadi potongan-potongan yang lebih kecil yang masih berupa PFAS, atau menjadi produk sampingan lain dengan risiko kesehatan yang tidak diketahui.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya