Lebih lanjut pola makan yang diusulkan Komisi EAT-Lancet 2025 tidak sepenuhnya vegan, tetapi kaya akan tumbuhan dan fleksibel. Ini mencakup sekitar 150 gram biji-bijian utuh per hari, 500 gram buah dan sayur, 25 gram kacang-kacangan, dan 75 gram polong-polongan.
Pola makan juga dilengkapi dengan makanan hewani dalam jumlah sedang, seperti hingga 200 gram daging merah seminggu, 400 gram unggas, 700 gram ikan, dan tiga hingga empat butir telur per minggu.
Selain itu juga memperbolehkan satu porsi produk susu per hari – hingga 500 gram susu, yoghurt, atau keju sambil membatasi gula tambahan, lemak jenuh, dan garam.
"Planetary Health Diet memungkinkan keragaman budaya dan preferensi individu, memberikan fleksibilitas dalam pedoman yang jelas untuk mencapai hasil kesehatan dan keberlanjutan yang optimal di seluruh dunia," jelas Walter C Willett, ketua komisi dan profesor epidemiologi dan nutrisi di Harvard TH Chan School of Public Health.
Baca juga: Negara Maju Lebih Banyak Buang Makanan, Tapi Ada Peningkatan di Negara Berkembang
Komisi EAT-Lancet memperhitungkan bahwa sistem pangan global saat ini menimbulkan kerugian terselubung senilai 15 triliun dolar AS setiap tahun akibat beban biaya kesehatan dan kerusakan ekosistem.
Meskipun transformasi pola makan dan praktik produksi memerlukan investasi 200–500 miliar dolar AS per tahun, keuntungan yang didapat akan mencapai lebih dari 5 triliun dolar AS per tahun .
Keuntungan ini berupa penghematan biaya kesehatan, peningkatan hasil kerja, dan penurunan dampak buruk terhadap lingkungan.
"Mengubah total sistem pangan memang merupakan tantangan sosial dan lingkungan yang besar, namun ini adalah syarat utama agar kita berhasil mengembalikan bumi ke sistem iklim yang stabil dan planet yang lestari." terang Johan Rockström, salah satu ketua komisi dan direktur di Potsdam Institute for Climate Impact Research.
"Karena bukti ilmiah dan pengetahuan sudah kita miliki, menjadi kewajiban bersama untuk bertindak menyelamatkan dan memulihkan ekosistem bumi sebelum semuanya terlambat," imbuhnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya