Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah Mundur Aksi Iklim, Aliansi Perbankan Net-Zero Global Bubar

Kompas.com, 6 Oktober 2025, 18:35 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber ESG Today

KOMPAS.com - Aliansi Perbankan Net Zero (NZBA), koalisi perbankan global yang disokong PBB dan pernah menjadi pelopor dalam komitmen mendekarbonisasi keuangan, kini resmi bubar setelah melalui pemungutan suara anggota.

Keputusan ini mengakhiri era keuangan iklim yang dimulai optimis pada tahun 2021, tetapi kemudian melemah akibat perlawanan politik dan menurunnya keikutsertaan dari anggota industri.

NZBA didirikan di bawah Inisiatif Keuangan Program Lingkungan PBB (UNEP FI).

Pada masa puncaknya, NZBA berhasil mengumpulkan hampir 150 bank, yang mencakup lebih dari 40 persen aset perbankan global.

Anggota berjanji untuk menyelaraskan portofolio pinjaman dan investasi mereka dengan jalur net-zero pada tahun 2050.

Namun, semakin banyak penarikan diri anggota selama setahun terakhir karena perubahan geopolitik, ketidakpastian regulasi, dan kekhawatiran tentang keamanan energi telah mengubah prioritas keuangan

Baca juga: Laporan Bank Dunia: Perlindungan Alam Kunci Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan

Berakhirnya aliansi ini terjadi berbarengan dengan kembalinya Donald Trump menjabat, di mana pemerintahannya mendukung penuh ekspansi produksi migas.

Enam bank raksasa AS termasuk JPMorgan Chase, Bank of America, dan Goldman Sachs meninggalkan NZBA beberapa bulan setelah pemilu, mengutip risiko politik dan hukum akibat mengikuti standar iklim internasional.

Langkah ini diikuti oleh bank-bank dari Kanada dan Jepang, dan pada bulan Agustus, Barclays turut mengumumkan keluarnya dari aliansi.

"Sebagian besar bank global telah keluar. Akibatnya, aliansi ini tidak lagi memiliki basis anggota yang memadai untuk menjalankan rencana transisi kami," ungkap Barclays dalam pernyataan resminya.

Keluarnya para bank dari keanggotaan pun melemahkan NZBA.

Berdasarkan dokumen internal yang diulas tahun ini, aliansi tersebut melonggarkan aturannya, mengubah "pedoman" yang wajib ditaati menjadi "panduan" yang bersifat sukarela.

Perubahan ini membuat LSM dan investor ragu terhadap keseriusan janji-janji aliansi tersebut.

Hingga akhirnya, melansir ESG Today, NZBA pada hari Jumat, (3/10/2025) mengumumkan pembubarannya secara langsung, dan struktur koalisi akan diganti menjadi pusat penyedia sumber daya informasi.

Dokumen "Panduan untuk Penetapan Target Iklim bagi Bank" yang berisi strategi dekarbonisasi sektor-sektor tertentu tetap dapat diakses publik, namun tidak akan ada lagi pengawasan atau penindakan terhadap kepatuhan bank.

Dalam pernyataan penutupnya, aliansi NZBA menyebut bank-bank di seluruh dunia tetap diperbolehkan memanfaatkan sumber daya tersebut sebagai panduan dan acuan dalam merancang serta mengimplementasikan rencana mereka menuju target net-zero.

Perubahan ini secara efektif mengubah aliansi dari mekanisme pertanggungjawaban kolektif menjadi referensi yang sifatnya opsional.

Para ahli memperingatkan bahwa tanpa adanya pengawasan dan pelaporan standar, beban untuk memastikan portofolio keuangan sejalan dengan Perjanjian Paris akan kembali berada di pundak para investor, badan regulasi, dan aktivis masyarakat.

Baca juga: Indeks Investasi Hijau: Bank Nasional Masih Setengah Hati Dukung Transisi Hijau

Para aktivis menyampaikan kekecewaan mendalam atas dibubarkannya aliansi tersebut.

"Sangat menyedihkan melihat bank-bank raksasa dunia memilih untuk menghindari tanggung jawab atas janji mereka untuk mencegah krisis terparah akibat pemanasan bumi," papar Jeanne Martin dari ShareAction.

Martin meminta para pimpinan bank untuk lebih berani mengambil tindakan di masa krusial ini dan menegaskan bahwa lembaga keuangan wajib memanfaatkan kekuasaan mereka untuk menerapkan standar pertanggungjawaban iklim di seluruh industri.

Runtuhnya NZBA memperkuat keyakinan investor dan aktivis iklim mengenai suatu tren bahwa program net-zero yang sifatnya sukarela mudah goyah ketika harus berhadapan dengan pergeseran situasi politik dan prioritas keuangan yang mendesak.

Pembubaran NZBA juga menunjukkan betapa rapuhnya sistem yang berbasis kesukarelaan jika tidak didukung oleh aturan internasional yang wajib dipatuhi.

Kini, bagi lembaga internasional dan investor adalah bagaimana meyakinkan bank-bank untuk terus membiayai upaya dekarbonisasi meskipun mereka tidak lagi dinaungi aliansi global.

Seperti halnya diungkapkan seorang penasihat kebijakan iklim di Brussel secara anonim bahwa dibubarkannya aliansi ini bukan berarti bank berhenti mengejar net-zero, tapi ini adalah kematian janji bersama.

Mulai sekarang, regulator, pemegang saham, dan nasabah lah yang akan menentukan apakah lembaga-lembaga keuangan ini mengalokasikan dananya agar selaras dengan pembatasan kenaikan suhu 1.5 derajat C.

Baca juga: Studi: Koral Tangguh, Mulai Tunjukan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau