Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Sampah hingga Transportasi Hijau, Jalan Panjang Jakarta Menuju Kota Berdaya Saing Dunia

Kompas.com, 8 Oktober 2025, 19:09 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Jakarta selalu punya dua wajah. Satu sisi, ia menjadi pusat perekonomian nasional dengan kontribusi sekitar 17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Namun di sisi lain, Jakarta masih bergulat dengan masalah klasik perkotaan, mulai dari keterbatasan air bersih, tumpukan sampah, kemacetan, banjir, hingga penurunan muka tanah di pesisir utara.

Kondisi inilah yang dipaparkan Kepala Bidang Perekonomian Bappeda DKI Jakarta Feirully Irzal bertajuk Mapping Out Urban Problems & Building a Sustainable City dalam Lestari Summit and Award 2025 yang digelar di Raffles Hotel Jakarta, Kamis (2/10/2025).

“Hari ini kita masih menghadapi 6,46 persen wilayah Jakarta sebagai kawasan kumuh, tingkat kebocoran air mencapai 45,88 persen, dan rata-rata 7.735 ton sampah per hari yang perlu diangkut ke Bantar Gebang. Jika tidak ditangani secara sistematis, masalah ini akan terus menggerus kualitas hidup warga,” ujar Feirully, Kamis.

Baca juga: Surabaya hingga Jakarta Paparkan Strategi Kota Berkelanjutan di Lestari Summit 2025

Feirully turut memaparkan data dari PAL Jaya dan DSDA 2024. Ia menjelaskan bahwa grey water (air limbah domestik) yang tidak terolah di Jakarta masih mencapai 60 persen.

Belum lagi soal banjir yang terus menghantui, terutama dengan laju penurunan muka tanah mencapai 9 sentimeter (cm) per tahun di kawasan Muara Angke dan Muara Baru [InaRisk BNPB 2024]. Kondisi ini membuat sebagian wilayah Jakarta semakin rentan tergenang.

Di tengah tantangan itu, Jakarta juga harus menghadapi fakta pahit, yakni kualitas udara yang kerap buruk, serta indeks kelayakhunian yang menempatkan Jakarta di urutan 132 dari 173 kota dunia (EIU, 2025).

Menatap 2045, visi kota global

Meski masalah perkotaan terasa berat, Jakarta tidak ingin sekadar bertahan. Melalui RPJPD 2025–2045, pemerintah menargetkan ibu kota negara ini masuk menjadi 50 besar kota global pada 2030 dan 20 besar kota global dunia pada 2045.

Visi tersebut disusun dalam beberapa tahapan, mulai dari foundation building (2025–2029), innovative and inclusive growth (2030-2034), sustainable transformation (2035–2039), hingga elevated global leadership (2040–2045).

Baca juga: Praktik Baik Kota Surabaya, Mengubah Sampah Menjadi Energi dan Inovasi Global Kota Berkelanjutan

Fokus utamanya meliputi, transportasi hijau, termasuk MRT, LRT, hingga 420 bus listrik baru.
Pengelolaan sampah modern, dengan fasilitas RDF Rorotan yang mampu mengolah 2.500 ton sampah padat per hari menjadi bahan bakar alternatif.

Kemudian, pembangunan perumahan inklusif, salah satunya melalui proyek Rusunawa Daan Mogot.

Ada pula ketahanan iklim, dengan target penurunan emisi 50 persen pada 2030 dan net zero emission pada 2050.

Kolaborasi sebagai jalan

Transformasi yang diupayakan Jakarta tidak mungkin mewujud tanpa kolaborasi pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media.

“Jakarta harus menjadi tempat di mana semua orang memiliki ruang, dan tidak ada yang tertinggal. Perjalanan ini ditempuh dengan transformasi berkelanjutan, kolaborasi yang kuat, dan kemajuan bersama,” ujar Pramono Anung dalam ASEAN Sustainable Urban Forum 2025.

Konsep Transit Oriented Development (TOD) juga menjadi kunci, agar 70 persen warga bisa tinggal dan beraktivitas dekat titik transit. Selain efisiensi mobilitas, strategi ini diharapkan mendorong warga lebih memilih transportasi publik ketimbang kendaraan pribadi.

Baca juga: Di Lestari Summit 2025, Astra Beberkan Komitmen Penguatan Ketahanan Desa

Jakarta sebenarnya memiliki peluang besar. Dengan statusnya sebagai pusat ekonomi, kota ini bisa menjadi laboratorium pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara.

Proyek strategis yang digulirkan melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPDBU), seperti SPAM Jatiluhur II dan MRT Fase IV, menjadi bukti bahwa Jakarta serius membuka pintu bagi investasi hijau.

“Kita ingin Jakarta bukan hanya sebagai pusat bisnis nasional, tetapi juga kota layak huni yang ramah lingkungan, kompetitif, dan mampu bersaing dengan kota-kota global lain,” tambah Feirully.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau