Lebih lanjut, ide di balik pelampung berlampu solar ini justru tidak muncul dari hasil riset laboratorium akademis.
Gagasan itu berasal dari dua saudara nelayan pesisir di Meksiko, yaitu Juan Pablo dan Felipe Cuevas Amador, yang keduanya turut menjadi penulis dalam studi terbaru ini.
Menurut Senko, kemitraan seperti ini merupakan elemen kunci yang membuat proyek berjalan sukses. Pasalnya, para nelayan akan lebih termotivasi untuk mengaplikasikannya dan membagikan pengetahuan ini kepada rekan nelayan serta komunitas di sekitarnya.
Saat ini, tim peneliti telah bermitra dengan perusahaan Fishtek Marine untuk memproduksi secara massal lampu tenaga surya ini dan memasarkannya.
Mereka berharap lampu tersebut akan tersedia dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Selain itu, terdapat harapan besar bahwa lembaga konservasi atau program pemerintah dapat memberikan subsidi agar nelayan lebih mudah menggunakan teknologi ramah lingkungan ini.
Selanjutnya, peneliti akan terus mengamati bagaimana penyu merespons di bawah air, mencoba mencari tahu cara terbaik untuk menjauhkan mereka dari jaring.
"Angka penurunan tangkapan sampingan penyu laut sebesar 63 persen adalah permulaan yang mengagumkan. Namun, tidak ada yang menghalangi kita untuk terus memperbaikinya", papar Senko.
"'Fokus saya sekarang adalah mencari cara agar penurunan yang sekarang 63 persen dapat kita tingkatkan menjadi 95 persen," tambahnya.
Baca juga: Pusat Unggulan Dibentuk, Masyarakat Diajak Aktif Jaga Penyu dan Cetacea
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya