Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KLH Serahkan NDC Kedua, Targetkan Penurunan Emisi Lebih Ambisius

Kompas.com, 28 Oktober 2025, 17:44 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) resmi menyerahkan dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) kedua atau Second NDC ke United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada 17 Oktober 2025. Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan target Second NDC lebih ambisius dibandingkan Enhanced NDC. 

Enhanced NDC memproyeksikan puncak emisi pada 2030 sebesar 1,9 gigaton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) dengan dukungan sendiri atau countermeasure 1 dan 1,6 gigaton CO2e dengan dukungan internasional atau countermeasure 2.

Dia menjelaskan bahwa Indonesia menargetkan puncak emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi 1,4 giga ton untuk skenario rendah (low emission) dan 1,3 giga ton untuk skenario tinggi (high emission).

"Artinya bahwa dibandingkan Enhanced NDC, maka Second NDC ini lebih ambisius. Second NDC, angka yang disampaikan, janji yang kami sampaikan kepada UNFCCC lebih tinggi daripada dokumen sebelumnya yang kita sebut dengan Enhanced NDC," ungkap Hanif dalam A Multi-Stakeholder Dialogue: Plastic, Climate and Biodiversity Nexus Forum di Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).

Baca juga: Second NDC Indonesia Dinilai Tak Partisipatif, Lemah Substansi

Menurut dia, dokumen target iklim dalam Second NDC sejalan dengan Dubai Climate Pact tentang Global Stocktake Agreement. Setiap negara anggota UNFCCC bersepakat memperbaharui target penanganan iklim setiap lima tahun.

"Artikel tersebut juga memerintahkan semua partis untuk menurunkan emisi gas rumah kacanya 43 persen pada 2030 dan mendorong turun lagi 60 persen pada tahun 2035. Suatu angka ambisius yang mungkin Indonesia tidak atau belum mampu mencapainya," papar dia.

Sektor kehutanan Forestry and Other Land Use (FOLU) menjadi fokus utama dalam strategi penurunan emisi, dengan penyerap pada tahun 2030 mencapai 140 juta ton CO2 ekuivalen. Pada Second NDC, sektor ini diproyeksikan mampu menurunkan emisi sekitar 15 juta ton CO2 ekuivalen sebagai bagian dari upaya mencapai FOLU Net Sink 2030.

Berbeda dari pendekatan sebelumnya yang menggunakan skenario business as usual, NDC kedua memakai skenario proyeksi emisi Current Policy Scenario (CPOS) serta data tahun 2019 untuk menentukan target penurunan emisi.

CPOS merupakan kelanjutan dari countermeasure 1 yakni kebijakan, program, dan aksi mitigasi utama dalam Enhanced NDC.

Baca juga: IESR Perkirakan Ada Perbaikan di Second NDC, Tapi Tetap Tak Jawab Target Perjanjian Paris

Sebelumnya, Indonesia dalam Enhanced NDC menargetkan penurunan emisi GRK sebesar 31,89 persen dicapai dengan upaya sendiri dan 43,2 persen dengan dukungan global.

Puncak Emisi

Di sisi lain, Hanif menyoroti Indonesia belum akan mencapai puncak emisi pada 2035. Ini merupakan periode ketika total emisi GRK suatu negara mencapai level maksimum sebelum mulai menurun secara permanen.

"Sektor energi itu diproyeksikan akan mencapai puncak emisi di tahun 2038 sesuai dengan skenario dari teman-teman Kementerian ESDM. Namun di tahun 2035 angka emisi total telah kami tarik ke bawah melalui penguatan sektor penyerapan FOLU," ungkap Hanif.

Sehingga, reforestasi harus lebih tinggi dibandingkan tingkat deforestasi. Setidaknya, reforestasi perlu mencapai 12 jua hektare untuk penyerapan emisi.

Oleh sebab itu, KLH bekerja sama dengan negara lain dengan Mutual Recognition Arrangement (MRA) terkait perdagangan karbon untuk pendanaan.

Baca juga: Pajak Makanan, Solusi Ganda Selamatkan Nyawa Sekaligus Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau