Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diterpa Bencana Iklim, Perempuan Pesisir Tangguh dan Pandai Shifting Pekerjaan

Kompas.com, 29 Oktober 2025, 13:49 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Riset hasil kerja sama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan program kerja sama Indonesia-Australia KONEKSI mengungkap bahwa perempuan pesisir di Jawa telah melek iklim.

Pada saat yang sama, riset juga menunjukkan bahwa meski perempuan menjadi pihak yang menanggung beban besar, mereka justru mampu agile dan responsif terhadap tantangan iklim serta berperan besar di komunitasnya.

Tim peneliti mengkaji kelompok rentan di pesisir utara Jawa seperti Jakarta, Semarang, Demak, dan Pekalongan. Mereka ingin mengamati pengaruh perubahan iklim terhadap perempuan serta mencari tahu cara mereka beradaptasi.

“Sembilan puluh persen perempuan menyatakan bahwa climate change itu sudah real. Jadi mereka sudah menyadari bahwa ini adalah perubahan iklim,” kata Laely Nurhidayah, salah satu anggota tim peneliti.

Kesadaran soal iklim di antaranya muncul karena banjir rob yang menggenangi rumah, memicu migrasi, serta ikan yang semakin sulit didapatkan. Suami para perempuan pesisir harus melaut lebih jauh, sementara hasil tangkapan menurun.

“Hasil survei menyatakan bahwa 80 persen dari mereka bilang income-nya terdampak perubahan iklim, turun,” ujar Laely dalam diskusi media pada Selasa (29/10/2025).

Mayoritas perempuan bekerja di sektor perikanan. Sementara laki-laki berperan melaut, perempuan menjual hasil tangkapan segar atau memiliki usaha pengolahan ikan seperti ikan asin, terasi, maupun keripik.

Masalah muncul ketika hasil tangkapan berkurang akibat iklim. Usaha terasi, misalnya, terhambat ketika pasokan ikan menurun. Akhirnya, para perempuan pun harus beralih mata pencaharian.

Baca juga: Industri Karet di Kalbar Bertahan dari Krisis Iklim dan Kepungan Sawit

“Mereka harus pintar-pintar punya double job atau shifting pekerjaan gitu,” ungkap Laely. “Dengan perubahan iklim, mereka jadi kerja serabutan. Perubahan iklim mendorong shifting labor.”

Selain kehilangan pendapatan, perubahan iklim juga merusak tempat tinggal. “Tujuh puluh lima persen bilang rumahnya terdampak karena rob atau land subsidence. Delapan puluh delapan persen mengatakan rumahnya pernah kebanjiran,” ujar Laely.

Laely menuturkan, kesadaran perempuan pesisir yang tinggi terhadap perubahan iklim perlu diikuti dengan dukungan kebijakan dan pelatihan agar mereka mampu mengalihkan keterampilan serta usaha ke sektor yang lebih tahan terhadap perubahan lingkungan.

Menurutnya, inisiatif perempuan sudah terlihat, misalnya melalui kegiatan urban farming untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga maupun ikut menjaga ekosistem mangrove yang tersisa.

Salah satu yang diusulkan Laely adalah adanya Undang-Undang Perubahan Iklim. Ia menilai, regulasi yang ada selama ini belum memasukkan komponen perlindungan terhadap kelompok terdampak iklim, khususnya perempuan.

“Jepang punya UU Iklim yang fokus pada perlindungan aging population. Itu karena mereka sadar tantangan penduduk seniornya. Kita juga harus punya UU Iklim dengan fokus pada populasi rentan,” ungkapnya.

Baca juga: WWF Duet Bareng KLH, Tangani Isu Pencemaran dan Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau