Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Emisi Dunia Hanya Turun 10 Persen, Gagal Capai Target 60 Persen

Kompas.com, 30 Oktober 2025, 18:02 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - PBB memprediksi adanya penurunan emisi global gas rumah kaca (GRK) sebesar 10 persen pada tahun 2035.

Ini merupakan penurunan pertama yang pernah diprediksi oleh PBB.

Namun, meski ada penurunan, laju ini jauh dari jalur yang dibutuhkan untuk mencapai target utama Perjanjian Paris, yaitu menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat C di atas tingkat pra-industri.

"Umat manusia kini jelas-jelas membelokkan kurva emisi ke bawah untuk pertama kalinya, meskipun masih belum cukup cepat," kata Simon Stiell, sekretaris eksekutif di Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).

"Kita masih memerlukan lebih banyak penurunan emisi," katanya lagi, seperti dikutip dari Phys, Rabu (29/10/2025).

Emisi karbon tidak lagi menjadi ancaman masa depan. Emisi tersebut sudah berdampak pada kehidupan dan ekonomi masyarakat saat ini.

Baca juga: IESR: SNDC Tak Hadirkan Terobosan, Cuma Perbarui Metode Hitung Emisi

Dampaknya bisa dilihat mulai dari kekeringan, badai, gelombang panas yang menyebabkan kerugian ekonomi miliaran dolar setiap tahun.

COP30 yang diadakan di Brasil bulan depan pun punya tugas berat untuk menutup kesenjangan emisi agar dunia dapat kembali ke jalur yang aman yakni mencapai target penurunan 1,5 derajat C.

Prediksi penurunan emisi 10 persen yang dibuat PBB tersebut didasarkan pada janji-janji yang telah diajukan oleh negara-negara yang mewakili sekitar 80 persen emisi global.

Akan tetapi prediksi penurunan 10 persen tersebut jauh dari target yang sebenarnya dibutuhkan.

Para ilmuwan iklim mengatakan bahwa dunia memerlukan pengurangan emisi sebesar 60 persen pada 2035 untuk keamanan iklim.

Target tersebut diperlukan untuk menjaga pemanasan global agar tetap mendekati 1,5 derajat C pada akhir abad ini serta menghindari perubahan iklim yang dahsyat.

"Laporan tersebut memperlihatkan kesenjangan yang menakutkan antara apa yang dijanjikan pemerintah dan apa yang dibutuhkan untuk melindungi masyarakat dan planet ini," papar Melanie Robinson, direktur program global iklim, ekonomi, dan keuangan di World Resources Institute.

Robinson menambahkan meski ada gerakan menuju ekonomi hijau, diperlukan peningkatan kecepatan dan komitmen yang dramatis dan mendesak untuk menutup kesenjangan antara janji dan kebutuhan iklim.

UNFCCC juga merilis NDC Synthesis Report yang didasarkan pada rencana rinci negara-negara yang dikenal sebagai Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau