KOMPAS.com - Laporan baru dari lembaga pemikir energi Ember dan Global Offshore Wind Alliance (GOWA) mengungkapkan kapasitas energi angin lepas pantai diperkirakan akan naik tiga kali lipat di seluruh dunia pada 2030.
Pertumbuhan ini tetap terjadi meski ada pembalikan kebijakan dan tekanan biaya di pasar-pasar utama seperti Amerika Serikat.
Laporan tersebut juga menemukan yang menjadi pendorong utama di balik pertumbuhan pesat angin lepas pantai adalah adanya target pemerintah yang jelas dan kredibel.
Total, sudah ada 27 negara, 27 otoritas subnasional, dan tiga kawasan kini yang menetapkan dukungan terhadap energi angin lepas pantai.
Bersama-sama, target nasional itu bisa mencapai 263 gigawatt (GW) pada 2030. Namun tidak termasuk China yang belum mengumumkan target nasionalnya.
Baca juga: Tenaga Angin Bisa Pulihkan Laut, Cukup Sisihkan 1 Persen Dana Proyek
Kendati belum ada target resmi, China diperkirakan akan memimpin ekspansi ini, membangun lebih dari separuh dari total kapasitas angin lepas pantai yang akan dipasang secara global pada dekade ini.
Melansir Down to Earth, Kamis (30/10/2025) meskipun adanya inflasi, hambatan rantai pasokan, dan pembatalan proyek di AS, laporan menyimpulkan bahwa dunia tetap berada pada jalur yang tepat untuk meningkatkan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan pada tahun 2030, sebagaimana disepakati di bawah Konsensus UEA pada COP28.
“Angin lepas pantai sudah menghasilkan 83 GW energi bersih, cukup untuk menyuplai listrik 73 juta rumah,” kata Dave Jones, kepala analis di Ember.
Sementara untuk negara-negara yang sedang mempertimbangkan komitmen baru atau memperbarui komitmen lama, pesannya jelas.
Sekarang adalah momen kritis. Bertindak sekarang akan membantu memacu gelombang pertumbuh sektor angin lepas pantai berikutnya.
Di antara semua kawasan, Eropa merupakan pemimpin tak terbantahkan di sektor angin lepas pantai.
Secara kolektif, 15 negara Eropa menargetkan kapasitas total 99 Gigawatt (GW) pada tahun 2030, dengan Inggris, Jerman, dan Belanda menjadi kontributor terbesar dalam mencapai target global 2030.
Di seluruh Asia, prospeknya juga menguat. India berencana melelang hingga 37 GW kapasitas lepas pantai pada tahun 2030, sementara Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam bersama-sama menargetkan 41 GW.
Sedangkan China yang diakui sebagai pembangkit tenaga angin lepas pantai dunia, 11 provinsinya sudah menetapkan target 2025 dengan total kapasitas 64 GW dan akan meningkatkan pemasangan angin lepas pantai minimal 15 GW selama periode 2026 hingga 2030.
Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Energi Angin, Potensinya Bisa Berkurang
Namun, AS tetap menjadi pengecualian. Target 30 GW dari pemerintahan Biden pada tahun 2030 kemungkinan besar tidak akan tercapai di tengah perintah penghentian federal baru-baru ini dan tekanan biaya yang memaksa beberapa pengembang untuk menghentikan proyek.
Secara global, Dewan Energi Angin Global (GWEC) memproyeksikan bahwa angin lepas pantai akan tumbuh dari 83 GW pada tahun 2024 menjadi 238 GW pada tahun 2030, peningkatan hampir tiga kali lipat.
Namun, laporan memperingatkan bahwa kemajuan ini bergantung pada tindakan segera untuk mengatasi kendala jaringan listrik, pelabuhan, dan perizinan, serta untuk memperluas kapasitas manufaktur.
"Angin lepas pantai merupakan landasan aksi iklim global. Dengan kebijakan dan kemitraan yang tepat, angin lepas pantai tidak hanya dapat mewujudkan dekarbonisasi, tetapi juga ketahanan energi jangka panjang dan ketahanan industri," kata Amisha Patel, kepala sekretariat GOWA.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya