Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

COP30 Dinilai Gagal Bangkitkan Ambisi Dunia Hadapi Krisis Iklim

Kompas.com, 9 Desember 2025, 08:35 WIB
Manda Firmansyah,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Bagaimana dengan SNDC Indonesia?

Dari segi cakupan, SNDC Indonesia memang sudah cukup komprehensif, dengan mengakomodasi sektor energi, industri, pertanian, limbah, dan kelautan. D

ari segi transparansi, SNDC Indonesia sudah menunjukkan perbaikan, yang mana target penurunan diubah dengan format emisi absolut di bawah tahun referensi 2019.

Namun, dalam SNDC, Indonesia menetapkan target pada 2035 tanpa memperbarui target tahun 2030-nya. Padahal, pembaharuan target tersebut perlu sebagai tindak lanjut hasil Global Stocktake.

“Pemerintah menyampaikan niat untuk melampaui target bersyarat 2030, tetapi tanpa diformalkan, langkah ini belum menunjukkan perbaikan nyata terhadap target jangka pendek," ujar Koordinator Kebijakan Iklim Institute for Essential Services Reform (IESR),
Delima Ramadhani dalam keterangan tertulis, Senin (8/12/2025).

Pada sektor energi, Indonesia menargetkan puncak emisi GRK pada 2038, lebih lambat dari proyeksi sebelumnya. Hal ini menunjukkan, strategi pembangunan ekonomi Indonesia masih bergantung tinggi emisi GRK.

Indonesia tidak menyertakan komitmen eksplisit untuk phase-out bahan bakar fosil atau pengurangan batu bara secara bertahap.

Penggunaan batu bara juga masih dipertahankan dengan teknologi clean coal dan co-firing biomassa dalam bauran kebijakan energi. Indonesia masih sangat bergantung pada sektor kehutanan dan lahan untuk menurunkan emisi GRK. Indonesia berupaya menghindari pengurangan nyata emisi GRK pada sektor energi.

Tanpa penyerapan dari sektor kehutanan dan lahan, dalam skenario tidak bersyarat, emisi GRK Indonesia pada 2035 diproyeksikan naik hingga 98 persen di atas emisi GRK tahun 2019. 

Sementara itu, dalam skenario bersyarat atau dengan bantuan internasional, emisi GRK Indonesia pada 2035 diproyeksikan naik hingga 54-84 persen di atas emisi GRK tahun 2019.

Baca juga:

Adakah peluang untuk Indonesia?

Ilustrasi Indonesia sebagai negara maritim. Potret perahu nelayan di Pantai Ngrenehan, GunungkidulKOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Ilustrasi Indonesia sebagai negara maritim. Potret perahu nelayan di Pantai Ngrenehan, Gunungkidul

Dalam menjaga semangat aksi iklim pasca-COP30, Indonesia memiliki peluang politik untuk mengambil peran kepemimpinan di antara negara Global South.

Indonesia dinilai bisa melakukannya jika mau mewujudkan ambisi Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai 100 persen energi terbarukan pada tahun 2035.

Menurut Manajer Diplomasi Iklim dan Energi IESR, Arief Rosadi, ambisi Prabowo dapat diwujudkan melalui tiga langkah strategis. Pertama, Indonesia perlu memperjuangkan isu iklim dan transisi energi dalam forum internasional sebagai jangkar pembangunan hijau. Indonesia harus memberikan teladan dengan memastikan ambisinya yang disampaikan di panggung dunia selaras dengan kebijakan nasional.

Kedua, Indonesia perlu menerjemahkan keputusan multilateral menjadi kemitraan konkret.

“Indonesia memiliki rekam jejak sebagai pemimpin dalam menyediakan fondasi proses global, baik saat menjadi host COP-13 yang menghasilkan Bali Roadmap, G20 Chairmanship (2022) yang melahirkan Bali Compact dan Bali Energy Transition Roadmap, serta pada saat keketuaan ASEAN yang menghasilkan ASEAN Strategy for Carbon Neutrality. ” terang Arief.

Ketiga, Indonesia harus mengamplifikasi inisiatif dan keputusan dalam mendukung energi baru terbarukan (EBT). Indonesia perlu mengadopsi sekaligus menggaungkan keputusan formal maupun inisiatif non-formal dari COP30.

Hal itu, khususnya, yang secara praktik mengakselerasi EBT dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap.

Baca juga: Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Swasta
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
LSM/Figur
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
Pemerintah
BMKG Imbau Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
BMKG Imbau Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Pemerintah
COP30 Dinilai Gagal Bangkitkan Ambisi Dunia Hadapi Krisis Iklim
COP30 Dinilai Gagal Bangkitkan Ambisi Dunia Hadapi Krisis Iklim
LSM/Figur
Dorong Kesejahteraan Masyarakat, IPB University Perkuat Sosialisasi CIBEST ke Berbagai Pesantren
Dorong Kesejahteraan Masyarakat, IPB University Perkuat Sosialisasi CIBEST ke Berbagai Pesantren
Pemerintah
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Pemerintah
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
LSM/Figur
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Pemerintah
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
Pemerintah
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Swasta
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
Pemerintah
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
Pemerintah
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
Pemerintah
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau