KOMPAS.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengerahkan empat gajah yang sudah terlatih untuk membantu mengangkut material pasca-banjir bandang di Pidie Jaya, Aceh. Tujuannya untuk mempercepat penanganan dan pemulihan setelah bencana alam melanda wilayah tersebut pada akhir November lalu.
Kepala Balai KSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata memastikan prosesnya dilakukan dengan kehati-hatian, perencanaan yang matang, serta mengutamakan penerapan prinsip kesejahteraan satwa.
Baca juga:
“Keempat gajah terlatih diangkut menggunakan truk langsir dari tempat tambat menuju lokasi target penanganan. Hal ini dilakukan untuk keamanan dan keselamatan gajah, termasuk menghindari stres sebelum mendukung penanganan area terdampak banjir," kata Ujang dalam keterangannya, Senin (8/12/2025).
Sebelum gajah jinak diturunkan ke lapangan, tambah dia, petugas terlebih dahulu menyurvei lokasi, aksesibilitas, tingkat keamanan, serta kebutuhan operasional.
Langkah tersebut untuk menentukan rute, titik kerja, area istirahat gajah, serta pengaturan durasi kerja yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi satwa.
Menurut Ujang, tim memastikan area istirahat dipersiapkan memadai untuk gajah termasuk ketersediaan pakan yang cukup, suplemen pendukung, dan sistem pemantauan kesehatan berkala.
"Kebutuhan air minum satwa juga menjadi perhatian utama. Untuk menjamin kecukupan konsumsi air, tim menyiagakan satu unit mobil slip-on berisi tangki dan selang air yang standby setiap saat di lokasi kerja," tutur Ujang.
Baca juga:
Empat ekor gajah terlatih dikerahkan untuk membantu mengangkut material setelah bencana banjir di Aceh. Pemanfaatan gajah terlatih untuk penanganan bencana sempat diterapkan di beberapa negara Asia.
Menurut Ujang, gajah memiliki kemampuan untuk membantu penanganan bencana selama dilakukan secara aman, didampingi petugas, dan mengedepankan keselamatannya.
Penentuan titik-titik lokasi kerja juga dilakukan melalui koordinasi intensif dengan Bupati Pidie Jaya dan unsur Kepolisian setempat agar waktu kerja gajah tidak bekerja melebihi kapasitas.
Ujang memaparkan, tim yang bertugas terdiri dari delapan pelatih, personel Polisi Kehutanan (Polhut) Resor, serta dokter hewan. Semua kegiatan turut dikawal kepolisian sehingga operasional dapat berlangsung tertib, aman, dan terarah.
"Mobilisasi gajah jinak ini merupakan langkah kolaboratif untuk membantu percepatan pemulihan kondisi lingkungan pasca-banjir, terutama di wilayah yang sulit dijangkau alat berat," jelas Ujang.
Selain berfokus pada pemulihan, misi tersebut juga menunjukkan komitmen kuat bahwa penggunaan satwa dalam operasi lapangan harus selalu menghormati dan menjaga kesejahteraannya.
Baca juga:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya