KOMPAS.com - Data dari UNICEF mengungkapkan anak yang secara teratur terpapar suhu di atas 30 derajat C cenderung kurang memahami kata, huruf dan angka.
Rata-rata suhu maksimum bulanan sebesar 32 derajat C atau lebih mengurangi kemungkinan anak-anak berusia 3 dan 4 tahun berada di jalur perkembangan yang tepat sebesar 2,8 hingga 12,2 persen, dibandingkan dengan anak-anak yang hanya mengalami suhu hingga 26 derajat C.
"Ini adalah pertama kalinya ditunjukkan dalam literatur bahwa panas berlebihan tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga fungsi kognitif dan perkembangan anak," kata Jorge Cuartas dari New York University, dikutip dari New Scientist, Senin (8/12/2025).
Ini menunjukkan bahwa pemanasan global dapat membahayakan perkembangan manusia sejak tahap paling awal.
Baca juga: Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
Dalam studi ini, Cuartas dan rekan-rekannya mempelajari data dari 19.600 anak yang disurvei oleh UNICEF di Georgia, Gambia, Madagaskar, Malawi, Sierra Leone, dan Negara Palestina.
Indeks Perkembangan Anak Usia Dini milik secara spesifik menguji kemampuan dasar kognitif dan literasi anak untuk menilai perkembangan mereka.
Beberapa di antaranya menguji kemampuan anak-anak untuk menyebutkan huruf, membaca kata-kata sederhana, dan mengenali angka 1 sampai 10.
Peneliti kemudian membandingkannya dengan catatan iklim, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemiskinan, pendidikan ibu, dan suhu dasar di wilayah tersebut.
Hasilnya, kemampuan belajar anak terhambat pada suhu 30 derajat C, termasuk juga memengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan fisik anak-anak.
"Dampak kecil di awal kehidupan dapat meluas," kata Cuartas.
Tekanan panas atau heat stress merupakan penyebab utama kematian terkait cuaca yang menewaskan hampir setengah juta orang setiap tahun.
Sebuah penilaian cepat pertama tentang mortalitas akibat panas tahun ini memperkirakan bahwa gelombang panas pada bulan Juni dan Juli menewaskan 2.300 orang di 12 kota di Eropa, sebagian besar berusia 65 tahun ke atas.
Dampak panas lebih besar dialami pada anak-anak dari rumah tangga yang lebih miskin, lebih urban, dan kekurangan sumber air.
Baca juga: Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Dampak panas lebih besar pada anak-anak dari rumah tangga yang lebih miskin, lebih urban, dan kekurangan sumber air.
"Perubahan iklim dan panas yang berlebihan bertindak sebagai pengganda ancaman bagi anak-anak yang sudah rentan," kata Cuartas.
Namun, Julia Pescarini dari London School of Hygiene & Tropical Medicine menambahkan studi ini belum sepenuhnya memperhitungkan faktor-faktor seperti kekerasan atau ketidakstabilan politik yang juga dapat menghambat perkembangan anak
"Memahami siapa yang terdampak dan bagaimana dampaknya akan memungkinkan kita mengembangkan strategi adaptasi untuk membantu mereka," tambah Pescarini.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya