Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini

Kompas.com, 9 Desember 2025, 14:46 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Data dari UNICEF mengungkapkan anak yang secara teratur terpapar suhu di atas 30 derajat C cenderung kurang memahami kata, huruf dan angka.

Rata-rata suhu maksimum bulanan sebesar 32 derajat C atau lebih mengurangi kemungkinan anak-anak berusia 3 dan 4 tahun berada di jalur perkembangan yang tepat sebesar 2,8 hingga 12,2 persen, dibandingkan dengan anak-anak yang hanya mengalami suhu hingga 26 derajat C.

"Ini adalah pertama kalinya ditunjukkan dalam literatur bahwa panas berlebihan tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga fungsi kognitif dan perkembangan anak," kata Jorge Cuartas dari New York University, dikutip dari New Scientist, Senin (8/12/2025).

Ini menunjukkan bahwa pemanasan global dapat membahayakan perkembangan manusia sejak tahap paling awal.

Baca juga: Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?

Dalam studi ini, Cuartas dan rekan-rekannya mempelajari data dari 19.600 anak yang disurvei oleh UNICEF di Georgia, Gambia, Madagaskar, Malawi, Sierra Leone, dan Negara Palestina.

Indeks Perkembangan Anak Usia Dini milik secara spesifik menguji kemampuan dasar kognitif dan literasi anak untuk menilai perkembangan mereka.

Beberapa di antaranya menguji kemampuan anak-anak untuk menyebutkan huruf, membaca kata-kata sederhana, dan mengenali angka 1 sampai 10.

Peneliti kemudian membandingkannya dengan catatan iklim, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemiskinan, pendidikan ibu, dan suhu dasar di wilayah tersebut.

Hasilnya, kemampuan belajar anak terhambat pada suhu 30 derajat C, termasuk juga memengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan fisik anak-anak.

"Dampak kecil di awal kehidupan dapat meluas," kata Cuartas.

Tekanan panas atau heat stress merupakan penyebab utama kematian terkait cuaca yang menewaskan hampir setengah juta orang setiap tahun.

Sebuah penilaian cepat pertama tentang mortalitas akibat panas tahun ini memperkirakan bahwa gelombang panas pada bulan Juni dan Juli menewaskan 2.300 orang di 12 kota di Eropa, sebagian besar berusia 65 tahun ke atas.

Dampak panas lebih besar dialami pada anak-anak dari rumah tangga yang lebih miskin, lebih urban, dan kekurangan sumber air.

Baca juga: Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...

Dampak panas lebih besar pada anak-anak dari rumah tangga yang lebih miskin, lebih urban, dan kekurangan sumber air.

"Perubahan iklim dan panas yang berlebihan bertindak sebagai pengganda ancaman bagi anak-anak yang sudah rentan," kata Cuartas.

Namun, Julia Pescarini dari London School of Hygiene & Tropical Medicine menambahkan studi ini belum sepenuhnya memperhitungkan faktor-faktor seperti kekerasan atau ketidakstabilan politik yang juga dapat menghambat perkembangan anak

"Memahami siapa yang terdampak dan bagaimana dampaknya akan memungkinkan kita mengembangkan strategi adaptasi untuk membantu mereka," tambah Pescarini.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini
Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini
Pemerintah
Implementasi B10 Hemat Rp 100 T Per Tahun, Ini Strategi Pertamina agar Pasokan Stabil
Implementasi B10 Hemat Rp 100 T Per Tahun, Ini Strategi Pertamina agar Pasokan Stabil
BUMN
Genjot Pengumpulan Botol Plastik PET, Coca-Cola Indonesia Luncurkan Program “Recycle Me” 2025
Genjot Pengumpulan Botol Plastik PET, Coca-Cola Indonesia Luncurkan Program “Recycle Me” 2025
Swasta
KLH Janji Tindak Tegas Perusahaan yang Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Janji Tindak Tegas Perusahaan yang Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
27 Harimau Sumatera Terdeteksi di Leuser, Harapan Baru untuk Konservasi
27 Harimau Sumatera Terdeteksi di Leuser, Harapan Baru untuk Konservasi
LSM/Figur
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Swasta
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
LSM/Figur
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
Pemerintah
BMKG Imbau Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
BMKG Imbau Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Pemerintah
COP30 Dinilai Gagal Bangkitkan Ambisi Dunia Hadapi Krisis Iklim
COP30 Dinilai Gagal Bangkitkan Ambisi Dunia Hadapi Krisis Iklim
LSM/Figur
Dorong Kesejahteraan Masyarakat, IPB University Perkuat Sosialisasi CIBEST ke Berbagai Pesantren
Dorong Kesejahteraan Masyarakat, IPB University Perkuat Sosialisasi CIBEST ke Berbagai Pesantren
Pemerintah
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Pemerintah
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
LSM/Figur
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Pemerintah
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau