Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Brigadir Tanti, 10 Tahun Menahan Rindu Berkumpul Bersama Keluarga Saat Lebaran demi Tugas Negara

Kompas.com - 4 Mei 2023, 05:00 WIB
M. Elgana Mubarokah,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Brigadir Tanti Aryanti, Polisi Wanita (Polwan) yang bertugas di Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Bandung, Jawa Barat, kerap menahan rindu saat Lebaran tiba.

Sudah 10 tahun atau sejak 2013, Tanti kerap ditugaskan untuk mengawal Pos Pengamanan (Pos Pam) Terpadu di wilayah hukum Polresta Bandung untuk mudik Lebaran.

Baca juga: Kisah Usman, Guru di Pedalaman Flores Timur, Jalan Kaki 5 Kilometer Susuri Hutan untuk Mengajar

Ibu satu anak ini membagikan suka duka ketika harus membagi waktu antara keluarga dan tugas sebagai abdi negara.

Baca juga: Kisah Nuwardi, Pengusaha di Pulau Sebatik yang Relakan Losmen Miliknya Ditinggali Puluhan Korban Kebakaran

Tanti mengatakan, pada awalnya, keluarga besarnya yang saat ini berada di Kopo Sayati, Margahayu, Kabupaten Bandung, sulit menerima ketika dia harus bertugas setiap Hari Raya Idul Fitri.

"Respons keluarga, mungkin awalnya berat kecewa, tapi gimana lagi kontrak negara mengabdi sama negara. Alhamdulillah keluarga paham," tutur Tanti, saat ditemui di sela-sela pembubaran Pos Pengamanan (Pos Pam) Terpadu di Cileunyi, Kabupaten Bandung, Selasa (2/5/2023).

Tahun ini, tugas Tanti cukup berat. Selain sebagai abdi negara, Tanti juga sudah menjadi seorang ibu.

Tanti harus membesarkan anaknya seorang diri. Sebagai seorang single parent, Tanti mesti memberikan penjelasan lebih kepada sang anak akan tugasnya sebagai seorang polisi.

"Anak dititip ke ibu saya, sekarang baru enam tahun. Ya gitu, kadang anak saya suka ngeluh dan rewel. Tapi saya kasih perhatian lebih, soal saya yang suka pulang malam," ujarnya.

Tak hanya disibukkan dengan mengurus anak, anggota Polwan yang pernah bertugas di Polda Jawa Barat dan Mabes Polri ini juga harus membagi waktu dengan keluarganya terutama ibu dan ayahnya. 

"Kadang kalau sekarang harus benar-benar ekstra, ngurus keluarga, berbagi waktu antar keluarga dan negara. Semua Polwan pasti merasakan ini," tambah dia.

Kendati disibukkan dengan dua dunia yang berbeda, Tanti kerap bersilahturahmi dengan anggota keluarganya usai Lebaran atau saat mendapatkan libur kedinasan.

Insipirasinya menjadi seorang polisi datang dari sang Ayah.

Ayah Tanti , Rahmat Dasep, pernah ditugaskan menjadi Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Pameungpeuk, yang juga masih di wilayah Polresta Bandung.

Meski sempat ditolak dan tidak mendapatkan izin dari sang ayah untuk menjadi Polwan, Tanti tetap membulatkan tekad meniti karir di Kepolisan.

Memiliki pengalaman di Paskibra sejak SMP hingga SMA, Tanti memantapkan hati untuk menjadi bagian dari keluarga besar pasukan Bhayangkara.

"2010 saya masuk polisi, sampai sekarang saya merasa bangga bisa mengabdi pada negara. Dulu betul saya enggak boleh sama ayah, tapi saya yakin dengan basic Paskibra sejak SMP dan SMA," tutur dia.

Sebagai seorang Bintara muda, Tanti tak memiliki harapan lebih selain apa yang dia dedikasikan selama ini bisa menjadi amal ibadah.

Jika kelak diberi kesempatan, Tanti berharap bisa melanjutkan pendidikan perwira.

"Target, kalau ada rezeki umur ingin sekolah perwira, semoga ada rezekinya. Pengalaman kerja yang sudah saya lewati kalau ada kesempatan ingin ikut, tapi kini pangkatnya belum cukup," ujar Tanti.

Paham gambaran kondisi mudik

Tanti bercerita, 10 tahun mengabdi, dia pernah menjaga sejumlah Pos Pam saat mudik Lebaran, seperti Cileunyi, Cikaledong, dan Ciwidey.

"Kalau penempatan yang tergantung ditugaskannya di mana. Saya pasti siap bertugas sesuai perintah," katanya.

Pengalaman selama memantau arus mudik dan balik, membuat Tanti mampu menggambarkan situasi dan kondisi arus lalu lintas di beberapa wilayah Pos Pam.

Tanti menjelaskan bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan dari beberapa Pos Pam.

Pos Pam Cikaledong misalnya, menurutnya di sana kemacetan baik arus balik dan mudik sangat signifikan akibat buangan dari wilayah Tasik.

Sementata Pos Pam Cileunyi tidak terlalu sibuk. Hanya saja, hal-hal unik kerap ada di Pos Pam Cileunyi.

"Kalau di sini tak terlalu sibuk, paling ada pemudik pecah ban, pemudik lelah siapin makanan, kita sambut lah. Kalau Ciwidey, lebih ke wisata, beres Lebaran Pos Kawah Putih," ujar dia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau