Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
gabriel abdi susanto
Jurnalis, Konten Kreator, SEO Spesialis,

Gabriel Abdi Susanto adalah seorang jurnalis, penulis, dan pemikir publik asal Indonesia yang aktif dalam bidang komunikasi, filsafat, dan spiritualitas. Ia merupakan alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, lulus pada tahun 2001 .

Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan

Kompas.com, 7 Desember 2025, 10:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

Maka, bencana di Sumatra — Aceh, Sumut, Sumbar — harus menjadi momentum introspeksi dan perubahan mendasar.

Pertama: rehabilitasi hulu sungai dan zona lindung. Pemerintah harus segera meninjau ulang semua izin pertambangan, perkebunan, dan konversi lahan di kawasan hulu DAS; mencabut izin perusahaan yang terbukti melakukan pelanggaran; serta menegakkan konservasi dan reboisasi.

Hutan bukan komoditas semata — ia adalah infrastruk­tur ekologis vital untuk menjaga siklus air, kestabilan tanah, dan keseimbangan alam. Jika fungsi hutan diabaikan, maka “tangki penampung air” buatan pun akan selalu kalah dibanding curah hujan ekstrem.

Kedua: penguatan regulasi dan penegakan hukum lingkungan. Negara tidak boleh memberi toleransi terhadap perizinan masif tanpa kajian lingkungan memadai. Supervisi, audit, dan transparansi izin harus menjadi norma — bukan pengecualian. Praktik izin tumpang tindih, izin longgar, dan pengawasan lemah adalah akar dari tragedi ekologis ini. (Environment Ministry, 2025).

Ketiga: pengembangan sistem peringatan dini dan mitigasi berbasis komunitas dan ekosistem, bukan semata infrastruktur beton. Kanal drainase, penahan banjir, normalisasi sungai — semua itu penting. Tapi yang jauh lebih mendasar: memperkuat ekologi alam agar dapat menyerap guncangan hujan ekstrem. Hutan, lahan basah, vegetasi riparian — didorong kembali sebagai bagian dari sistem mitigasi.

Keempat: pendekatan pembangunan berkelanjutan. Pemerintah dan masyarakat harus menggeser paradigma bahwa pertumbuhan ekonomi selalu identik dengan ekspansi lahan dan eksploitasi alam. Pembangunan tidak boleh menukarkan masa depan — baik manusia maupun lingkungan — demi keuntungan cepat. Investasi pada energi terbarukan, agroforestry berkelanjutan, ekonomi hijau, dan restorasi ekosistem harus dijadikan prioritas.

Kelima: keadilan ekologis bagi korban, terutama masyarakat adat dan komunitas lokal. Banyak dari mereka menggantungkan hidup pada hutan dan lahan — kini mereka kehilangan semua: rumah, mata pencaharian, akses terhadap alam, dan rasa aman.

Pemulihan pascabencana harus melibatkan mereka, dengan jaminan restitusi, rehabilitasi lahan, dan partisipasi dalam perencanaan tata ruang.

Baca juga: Pakar UGM: Banjir Bandang Sumatera Seharusnya Belum Terjadi jika Murni Faktor Alam

Bencana ini juga harus menjadi cermin bagi seluruh rakyat Indonesia — bahwa ketika kita merusak alam demi kepentingan sesaat, maka alam akan membalas dengan cara paling kejam: merenggut nyawa, harapan, dan masa depan.

Kita pantas menuntut: agar hutan bukan lagi sekadar komoditas ekonomi, tetapi bagian dari warisan bersama — warisan generasi dan fondasi keberlanjutan kehidupan. Bila kita benar-benar peduli, kita akan memilih jalur yang mungkin sulit, tapi jauh lebih manusiawi: menjaga alam bukan ketika sudah rusak, tetapi sejak awal — sebagai mitra hidup, bukan korban eksploitasi.

Karena pada akhirnya: tidak ada pembangunan yang bisa dianggap maju jika harus menghitung manusia sebagai korban, dan alam sebagai korban bisu.

Baca juga: Ahli UGM: Kerusakan Hutan Hulu Tingkatkan Risiko Luapan Banjir Sumatera hingga 80 Persen

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau