Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacanakan Bangun PLTS di 80.000 Desa, Pemerintah Butuh Rp 1.630 Triliun

Kompas.com, 26 Juli 2025, 17:34 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di 80.000 desa. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengungkapkan pihaknya membutuhkan investasi sebesar 100 miliar dollar AS atau Rp 1.630 triliun untuk proyek tersebut.

"Kita subsidi energi per tahun kira-kira 25 miliar dollar. Kalau uang subsidi dipakai untuk membangun solar panel, empat-lima tahun selesai, kita tidak perlu subsidi lagi untuk tahun berikutnya," kata Zulhas dalam acara yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta Pusat, Sabtu (26/7/2025).

Sejauh ini, pihaknya tengah menyusun Peraturan Presiden (Perpres) berkait rencana pengadaan panel surya di setiap desa. Zulhas menyebut, total ada 1,2 juta hektare panel surya yang akan dibangun.

Baca juga: Lahan Bekas Tambang Solusi Pembiayaan Pembangunan PLTS

"Nanti listrik kita akan efisien karena berbasis desa, kecamatan, kabupaten. Penyimpanannya di baterai, diharapkan sebelum 10 tahun Indonesia akan berdaulat di bidang energi terutama energi baru dan terbarukan," tutur dia.

Selain itu, pemerintah sedang menggodok penggabungan Perpres pemanfaatan sampah menjadi energi atau waste to energy. Hal ini dilakukan lantaran penumpukan sampah di TPST Bantargebang, Bekasi makin tidak terkendali.

Tiga Perpres itu yakni Perpres Nomor 97, Nomor 83 dan Perpres Nomor 35. Setelahnya, pembangunan pabrik atau industri pengolahan sampah tidak perlu lagi mengurus perizinan di DPRD, pemerintah daerah, Kementerian Keuangan, ataupun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Kalau ini jadi, insya allah dua tahun sampah yang ruwet, yang besar-besar, bisa kami atasi dengan sistem insinerator waste to energy. Dan teknologi sudah teruji," ucap dia.

Baca juga: Pemanfaatan PLTS Atap Capai 445 MW, Terbanyak dari Sektor Rumah Tangga

Pangkas Emisi

Zulhas menyatakan, PLTS, PLTA, dan bioenergi mulai menggantikan pembangkit fosil di beberapa wilayah Indonesia Timur. Dia mencatat, emisi karbon pun turun sebesar 36,7 persen atau 608 metric ton CO2 equivalen.

"Hal ini patut diapresiasi bahwa Indonesia berkomitmen memenuhi target pengurangan emisi dengan tetap memperhatikan target pertumbuhan ekonomi," ujar dia.

Melalui Nationally Determined Contribution kedua, Indonesia turut berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Dokumen NDC kedua ditargetkan selesai pada September 2025, sebelum Conference of the Parties (COP) 30 di Brasil November mendatang.

"Sektor pangan, forestry, and other land use dan energi menjadi proses pengurangan emisi," sebut Zulhas.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
LSM/Figur
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau