Yuk, Cegah Stunting dengan Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut Anak

Kompas.com - 23 Mei 2020, 15:19 WIB
ADW,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Sumber GenBest.id

KOMPAS.com – Hingga saat ini, stunting masih menjadi salah satu masalah krusial dalam tumbuh kembang anak, termasuk di Indonesia.

Bahkan, menurut World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan negara dengan tingkat stunting tergolong tinggi di Asia Tenggara.

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2018 mengungkapkan, 1 dari 3 balita di Indonesia terkena stunting dengan jumlah penderita mencapai tujuh juta jiwa.

Stunting sebenarnya bisa dicegah dengan cara yang mudah, yakni dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Outreach Coordinator 1.000 Days Fund, Valeri Krisni mengatakan, pengaruh kebersihan tubuh terhadap pencegahan stunting mencapai 50 persen.

Baca juga: Cara Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak

Penerapan hidup bersih dan sehat tersebut bisa dimulai dari menjaga kebersihan gigi dan mulut. Mungkin terdengar sepele, namun ternyata menjaga kebersihan gigi dan mulut anak sangat penting dan memiliki pengaruh besar untuk mencegah stunting.

Caranya dengan membiasakan anak untuk rajin menggosok gigi. Pasalnya, kebiasaan malas menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti infeksi dan karies gigi, yang nantinya berdampak pada turunnya nafsu makan anak.

Berkurangnya nafsu makan anak pun akan memengaruhi gizi dan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Selain berisiko kekurangan gizi, dalam jangka panjang anak juga berisiko terkena stunting.

Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala, Aceh, Munifah Abdat dalam research gate menjelaskan, karies gigi bisa menyebabkan terganggunya fungsi pengunyahan serta memengaruhi nafsu makan dan asupan gizi. Alhasil, dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang akhirnya akan mempengaruhi status gizi anak.

Baca juga: 5 Skill Kebersihan Diri yang Harus Dikuasai Balita

Penelitian Taupiek Rahman tahun 2016 juga menyatakan adanya hubungan antara status gizi anak berperawakan pendek (stunting) dengan tingkat karies gigi pada siswa-siswi taman kanak-kanak di Kecamatan Kertak, Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Membuat anak rajin menggosok gigi tidak selalu mudah, namun kebiasaan baik ini bisa dibentuk. Misalnya, dengan membiasakan menggosok gigi di pagi hari setelah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur.

Ajarkan cara menyikat gigi

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenalkan pentingnya menggosok gigi pada anak dengan memperkenalkan cara menggosok gigi yang benar.

Dimulai dengan menaruh pasta gigi pada bulu-bulu sikat gigi secukupnya. Lalu, ajak anak menggosok giginya selama dua menit. Mulai dari gigi belakang, samping, dalam, hingga ke belakang.

Cobalah untuk memberi contoh langsung cara menyikat gigi bersama si kecil. Anak mungkin tidak akan langsung paham, tapi ia pasti mencoba untuk melakukannya.

Flossing dan rinsing

Ada cara lain untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi anak, yaitu flossing dan rinsing. Flossing adalah kegiatan membersihkan sela-sela gigi menggunakan benang. Flossing dipercaya dapat membersihkan permukaan gigi hingga 25 persen.

Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) bisa mengajarkan anak mengambil benang khusus gigi dan memasukkan ke dalam sela-sela gigi. Kemudian menggerakkannya maju-mundur hingga sela gigi bersih.

Baca juga: Usia 6-8 Bulan Gigi Susu Bayi Mulai Tumbuh, Ini Urutannya

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau