KOMPAS.com – Bagi pasangan suami-istri, mengatur jarak kehamilan merupakan hal penting dalam perencanaan keluarga.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kehamilan idealnya berjarak antara 18 sampai 24 bulan dari persalinan sebelumnya.
Sementara itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyarankan kehamilan berjarak tiga tahun dari persalinan sebelumnya.
Salah satu cara efektif untuk mengatur jarak kehamilan adalah penggunaan alat kontrasepsi. Saat ini, terdapat beragam jenis alat kontrasepsi yang bisa dipilih oleh pasangan suami-istri.
Beberapa di antaranya pun memiliki tingkat efektivitas tinggi dan minim efek samping. Berikut adalah ulasannya.
Pil keluarga berencana berencana (KB) merupakan salah satu alat kontrasepsi paling umum di Indonesia.
Dengan harga terjangkau, alat kontrasepsi itu memiliki tingkat keefektifan hingga 98 persen. Kekurangannya, pil ini harus dikonsumsi setiap hari agar memberikan hasil optimal.
Kondom merupakan alat kontrasepsi berbahan lateks yang berfungsi menghalangi sperma mencapai sel telur.
Beberapa keunggulan alat kontrasepsi tersebut adalah harganya terjangkau serta mudah digunakan dan didapatkan di toko atau apotek.
Baca juga: Apakah Tujuan Menikah adalah Mencari Kebahagiaan Saja?
Namun, jika tidak digunakan secara tepat, tingkat kegagalan kondom pria dapat mencapai 15 persen. Alat kontrasepsi ini pun hanya bisa sekali digunakan dan harus diganti setiap ejakulasi.
Suntik KB merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang efektif dan praktis. Pasalnya, penggunaan kontrasepsi ini tidak perlu pengulangan setiap hari.
Berdasarkan periode penggunaan, terdapat dua jenis suntik KB, yaitu suntik KB yang dilakukan setiap tiga bulan dan satu bulan.
Tingkat kegagalan alat kontrasepsi itu pun kurang dari 1 persen. Namun, harga suntik KB relatif lebih mahal jika dibandingkan pil KB.
Intrauterine device (IUD) merupakan alat kontrasepsi berbahan plastik yang menyerupai huruf T. Alat ini diletakkan di dalam rahim.
Sebagai informasi, terdapat dua jenis IUD, yakni IUD yang terbuat dari tembaga dan dapat bertahan hingga 10 tahun serta IUD yang mengandung hormon dan perlu diganti setiap 5 tahun.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya