Menjaga Sanitasi Pasca Banjir, Kunci Cegah Stunting Pada Anak

Kompas.com - 9 Juni 2020, 09:00 WIB
HTRMN,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Sumber GenBest.id

KOMPAS.com – Pasca banjir, rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal biasanya menjadi kotor. Padahal, sanitasi yang baik menjadi salah satu langkah pencegahan stunting.

Diare, infeksi saluran pernapasan, hingga penyakit kulit merupakan beberapa contoh gangguan kesehatan yang kerap muncul lantaran buruknya sanitasi akibat banjir.

Kondisi tersebut membahayakan kesehatan anak-anak. Jika si kecil sering sakit, energinya akan banyak digunakan untuk melawan infeksi di dalam tubuh, bukan untuk pertumbuhan. Akibatnya, mereka berisiko mengalami perawakan pendek atau stunting.

Maka dari itu, agar si kecil terhindar dari penyakit, sebagai orangtua Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) perlu memperhatikan sanitasi tempat tinggal, khususnya setelah banjir.

Saat banjir surut, jangan bawa si kecil kembali ke rumah, melainkan pastikan dulu kondisi tempat tinggal aman untuk didatangi. Tidak ada kabel listrik yang rusak atau saluran gas yang bocor.

Baca juga: Penerapan PHBS di Sekolah Saat Adaptasi Kebiasaan Baru

Apabila listrik rumah dalam kondisi padam, ada baiknya gunakan bantuan lampu senter sebagai sumber cahaya. Penggunaan lilin dapat memicu kebakaran jika nantinya terdapat kebocoran gas.

Jika listrik mati lebih dari empat jam selama banjir, bersihkan kulkas dan sebaiknya buang bahan-bahan makanan yang mudah rusak, seperti daging atau ikan. Bila dibiarkan, khawatir makanan lain akan terkontaminasi bakteri dan kuman, sehingga menimbulkan diare saat Genbest mengonsumsinya.

Kemudian cek kondisi atap dengan teliti. Bila ada titik-titik air, ini artinya telah terjadi kerusakan. Untuk membetulkannya, Genbest bisa menggunakan jasa tenaga ahli atu mengatasinya sendiri.

Selanjutnya, Genbest bisa melakukan beberapa tips berikut untuk menjaga sanitasi rumah usai banjir.

Baca juga: Mengenal Berbagai Jenis Jamban di Indonesia, Mana yang Lebih Sehat?

Buka jendela

Pasca banjir, otomatis rumah menjadi lembap. Kondisi ini menyebabkan mudahnya kuman, bakteri, dan jamur tumbuh.

Solusinya, segera buka jendela agar sirkulasi udara kembali normal. Genbest bisa memanfaatkan kipas angin untuk membantu melancarkan aliran udara dalam rumah.

Selain itu, jangan lupa maksimalkan pencahayaan dalam ruangan sehingga lembap akibat banjir dapat segera teratasi.

Cek saluran air

Cek kembali saluran air di rumah dan pastikan alirannya lancar. Bersihkan juga air-air yang terdapat dalam penampungan, seperti ember atau bak mandi untuk mencegah nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (DBD) dan malaria berkembang biak, atau penyakit bawaan dari kotoran hewan liar.

Baca juga: Cara Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak

Bersihkan kamar mandi

Kondisi kamar mandi yang lembap juga menjadi salah satu tempat favorit kuman dan bakteri tumbuh. Setidaknya ada lebih dari 50 ribu bakteri di kamar mandi.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau